Jumat, Januari 09, 2009

Tren belanja iklan

Presiden Asosiasi Periklanan Dunia atau International Advertising Association (IAA) Indra Abidin mengatakan, belanja iklan di tahun 2009 tidak akan ada peningkatan. Pertumbuhan belanja iklan dengan kondisi global saat ini akan semakin parah. Belanja iklan di Indonesia akan terpuruk, meski masih lebih baik dibanding belanja iklan di Jepang, AS dan Eropa atau negara lainnya.

Mengenai jumlah penurunannya belum bisa dihitung, namun dipastikan akan terjadi penurunan untuk belanja iklan di sektor perbankan, properti, otomotif, makanan dan minuman. Misalnya saja, sektor perbankan dan properti yang biasanya berkontribusi 15% terhadap total belanja iklan akan turun hingga 8%. Untuk tahun 2008 ini, belanja iklan nasional diperkirakan hanya mencapai Rp86 triliun atau naik 6%, yang terdiri dari Rp40 triliun untuk sektor media konvensional dan sisanya media berbasis web atau online.

Belanja iklan sektor korporasi diperkirakan tertekan sebagai imbas krisis finansial global. Namun industri media di Indonesia tetap bisa lega, pasalnya belanja iklan politik tahun depan akan naik tajam. Menurut Ketua Umum Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI) Narga Shakri Habib, omzet periklanan secara nasional setiap tahun meningkat antara 20 – 30%. Tahun 2007 lalu omzet iklan mencapai Rp40 triliun, tahun 2008 ini diprediksi bakal mencapai Rp48 triliun. Sedangkan tahun 2009 diprediksi tak akan setinggi tahun-tahun sebelumnya. Padahal target omzet periklanan tahun 2009 sebesar Rp60 triliun.

Hal senada disampaikan Ketua Badan Pengawas Periklanan pada PPPI Pusat F.X. Ridwan Handoyo. Ancaman krisis global akan menyebabkan sebagian perusahaan mulai berhati-hati dalam menghitung pengeluarannya untuk beriklan. Sikap kehati-hatian tersebut akan menggerus belanja iklan nasional secara keseluruhan. Kalangan perusahaan periklanan sebelumnya telah memprediksi belanja iklan pada tahun 2009 tumbuh 30% dibandingkan dengan proyeksi pencapaian tahun ini sebesar Rp60 triliun.

Proyeksi yang cukup tinggi ini didorong oleh jenis iklan bertemakan politik menjelang pelaksanaan pemilu legislatif dan pemilihan presiden. Tetapi melihat ancaman krisis global, target yang semula telah dipatok akan sedikit meleset. Angka 30% terlalu optimistis, pergerakannya paling berada di kisaran 15%-20%. Sementara itu, sampai akhir tahun 2008 ini, belanja iklan nasional masih akan terus tumbuh, tetapi tidak akan berjalan sesuai dengan target yang telah ditetapkan, yakni Rp60 triliun.

Apabila dilihat berdasarkan jenis iklan, iklan otomotif atau kendaraan bermotor merupakan jenis iklan yang paling terkena dampak dari krisis global. Sementara iklan barang-barang konsumen masih berada dalam batas aman atau hanya berpengaruh tipis oleh krisis tersebut.

Kendati demikian, dia cukup optimistis akan pertumbuhan iklan tahun depan akibat maraknya iklan politik menjelang pilpres. Dari segi industri, jenis iklan tersebut akan menyumbang belanja yang cukup tinggi, sehingga dapat menggantikan penurunan jenis iklan lainnya.

AC Nielsen mencatat belanja iklan di media massa Indonesia pada semester I/2008 naik 24% dibanding periode yang sama tahun 2007 senilai Rp19,56 triliun. Sementara total belanja iklan pada periode yang sama tahun 2007 hanya mencapai Rp15,82 triliun. Pertumbuhan belanja iklan itu disokong oleh tiga jenis iklan yakni layanan dan peralatan telekomunikasi, kendaraan bermotor, pemerintah dan organisasi politik. Kenaikan terbesar terjadi pada iklan pemerintahan dan partai politik, yakni sekitar 79%. Kenaikan belanja iklan berbau politik dapat terlihat pada ramainya iklan calon kepala daerah hingga meningkat enam kali lipat dibanding biasanya.

Belanja iklan tertinggi masih dipegang oleh sektor komunikasi, yang pada semester I/2008 meningkat 57% dibanding periode sama tahun 2007, atau sekitar Rp1,96 triliun. Kemudian secara berturut-turut diikuti oleh iklan kendaraan bermotor yang meningkat 20%, iklan pemerintah dan politik meningkat 79%, dan iklan perusahaan dan layanan sosial yang meningkat 44%. Dari sektor komunikasi, Excelcomindo (XL) merupakan yang tertinggi, diikuti Esia, sedangkan Telkomsel yang tahun 2007 lalu masuk top 10, tahun 2008 ini tidak lagi. Sepertinya tahun 2008 Telkomsel slowing down.

XL menghabiskan belanja iklan hingga Rp139 miliar atau mengalami peningkatan 219% dibanding semester I-2007, yakni dari Rp44 miliar menjadi Rp139 miliar. Sementara Esia belanja iklannya mengalami kenaikan 57% atau Rp131 miliar dari Rp83 miliar. Untuk posisi keenam dan ketujuh diduduki oleh produk Indosat M3 naik 209%, atau dari Rp38 miliar menjadi Rp119 miliar, sedangkan untuk produk Indosat Mentari naik 104%, atau dari Rp58 miliar menjadi Rp118,6 miliar.

Sementara itu, belanja iklan politik partai politik dan pemerintah untuk Pemilu 2009 hingga saat ini sudah mencapai Rp800 miliar. Angka itu diperkirakan akan terus bertambah hingga menjelang hari H, yakni tanggal 9 April 2009. Sesuai jadwal, masa kampanye terbuka pemilihan umum legislatif sudah berlangsung sejak Juli 2008 lalu. Namun, puncaknya diperkirakan mulai bulan kedua tahun 2009. Iklan politik lebih banyak disedot oleh media elektronik dalam hal ini TV, radio, media cetak, dan media online. Iklan outdoor politisi dinilai lebih banyak disedot kalangan pengusaha percetakan dan merambah hingga ke kabupaten, dan kecamatan.

Belanja iklan semester II/2008 diprediksi akan mengalami kenaikan sebesar 22% menjadi Rp23,86 triliun dibandingkan dengan semester I/2008. Pertumbuhan belanja iklan yang terbilang cukup signifikan itu masih disokong oleh iklan telekomunikasi, kendaraan bermotor, dan iklan pemerintah dan organisasi politik sebagai kontributor terbesar.

Indeks Media Nielsen, yang dihasilkan lewat survei tahunan di sembilan kota, menunjukkan pembaca media cetak (koran, majalah, dan tabloid) pada tahun 2008 menurun dibandingkan tahun 2007. Namun, belanja iklan pada media cetak (khususnya koran) hingga kuartal III/2008 tumbuh 34% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2007.

Sementara itu, gencarnya kampanye antirokok oleh berbagai kalangan turut mempengaruhi menurunnya porsi belanja iklan produk rokok. Iklan rokok di seluruh media turun 7% dari semester I/2007 yang mencapai Rp748 miliar menjadi hanya Rp699 miliar pada semester I/2008. Kecenderungan penurunan iklan rokok ini baru terjadi pada tahun 2008. Pasalnya, berbagai media mulai memberlakukan pembatasan terhadap iklan rokok. Seperti halnya batasan jam tayang iklan rokok di televisi harus di atas pukul 21.00. Sekarang produk rokok lebih fokus ke sponsorship. (AI)


Tidak ada komentar: