Senin, Maret 22, 2010

Kedelai

Pemerintah merencanakan untuk mengurangi impor kedelai hingga 20%/tahun dan meningkatkan produksi dalam negeri 20%/tahun sehingga target swasembada kedelai pada tahun 2014 dapat tercapai. Rata-rata kebutuhan kedelai nasional sebesar 2,1 juta ton/tahun, namun total produksi dalam negeri baru mencapai 900 ribu ton, karena itu masih dibutuhkan impor sebesar 1,2 juta ton.

Namun demikian, pemerintah juga mengharapkan impor kedelai dapat berkurang. Pengurangan itu bisa dilakukan dengan menggenjot produksi kedelai pada masa panen yang tersisa. Kemudian pada musim tanam selanjutnya produksi bisa digenjot dengan areal lahan baru. Apabila pemerintah bisa mengurangi impor sebesar 200 ribu ton, artinya pada tahun 2010 impor kedelai hanya satu juta ton.

Menurut Mentan Suswono, salah satu kendala dalam pengembangan kedelai yaitu saling tumpang tindihnya dengan penanaman jagung. Banyak petani yang lebih memilih untuk menanam jagung karena perawatannya lebih mudah dibanding dengan kedelai. Di samping itu, harga kedelai kurang menarik buat petani. Idealnya harga kedelai 1,5 kali lebih tinggi dari harga beras. Saat ini harga kedelai masih sama dengan harga beras.

Selain itu, produksi kedelai juga terkendalan oleh terbatasnya lahan. Dalam waktu dekat Kementrian Pertanian akan mengintegrasikan antara lahan kedelai dengan tebu. Setiap tahun ada sekitar 50 ribu ha tebu yang dipanen. Pada saat masa panen terbuka itu, lahan tebu bisa ditanami kedelai. Di samping itu, pemerintah juga akan membuka lahan-lahan baru dengan memanfaatkan pembukaan lahan hutan baru yang dilakukan oleh Perhutani juga di Hutan Tanam Industri (HTI) atau lahan yang dijanjikan Badan Pertanahan Nasional (BPN) sebesar 2 juta ha.

Sementara itu, mulai tahun 2010 ini Perum Bulog akan berbisnis kedelai. Perusahaan umum milik negara ini berencana mengelola sekitar 360.000 ton kedelai tiap tahun, baik impor maupun kedelai produksi dalam negeri. Dalam hal ini Bulog hanya akan mengambil margin keuntungan tipis dari pembelian kedelai dalam negeri, karena tujuan utamanya adalah memberi kepastian usaha bagi petani dengan memberi jaminan pasar. Bulog membeli kedelai dari petani dengan harga patokan. Selanjutnya, Bulog menjualnya kepada perajin atau industri makanan berbahan baku kedelai.

Guna menjaga stabilitas harga, Bulog juga akan mengajukan izin impor kedelai dari pemerintah. Dari impor kedelai ini, Bulog mengambil keuntungan sewajarnya untuk operasionalisasi kegiatan. Implementasinya mulai musim panen kedelai pada musim tanam gadu tahun 2010 ini. Bulog akan menggunakan dana komersial melalui pinjaman bank, bukan dari APBN. Dewan Kedelai Nasional menyarankan agar Bulog menjadi distributor tunggal kedelai ke Kopti, yang kebutuhannya rata- rata 80.000 ton/bulan. Masuknya Bulog ke bisnis kedelai diharapkan dapat menjaga harga kedelai di tingkat petani, yaitu 1,5 kali harga beras. Dengan cara ini, petani diharapkan akan semangat menanam kedelai.

Angka Sementara (ASEM) produksi kedelai tahun 2009 sebesar 972,95 ribu ton biji kering. Dibandingkan produksi tahun 2008, terjadi kenaikan sebesar 197,24 ribu ton (25,43%). Angka Ramalan I (ARAM I) produksi kedelai tahun 2010 diperkirakan sebesar 962,54 ribu ton biji kering. Dibandingkan produksi tahun 2009 (ASEM), terjadi penurunan sebesar 10,41 ribu ton (1,07%). Penurunan produksi tahun 2010 diperkirakan terjadi karena turunnya luas panen seluas 12,43 ribu ha (1,72%), sedangkan produktivitas mengalami peningkatan sebesar 0,08 kuintal/ha (0,59%).

Produksi kedelai di Aceh pada tahun 2009 meningkat cukup signifikan. Dari 43,9 ribu ton menjadi 63,4 ribu ton atau meningkat sebesar 44%. Dengan pencapaian tersebut, Aceh siap mendukung program Indonesia swasembada kedelai tahun 2014. Peningkatan produksi tersebut disebabkan adanya penambahan luas panen sekitar 13 ribu ha pada tahun 2008 menjadi 35,5 ribu ha pada tahun 2009. Pada tahun 2010 ini produksinya akan meningkat lagi dengan perkiraan produktivitas sekitar 3 ton/ha. Peningkatan produksi tersebut juga akan didukung dengan perluasan lahan yang diperkirakan mencapai 80% dari jumlah panen tahun 2009.

Dari hasil survei BPS Provinsi Kaltim, ARAM I produksi kedelai pada tahun 2010 ini diperkirakan mencapai 2,77 ribu ton biji kering. Dibandingkan produksi tahun 2009, produksi kedelai Kaltim mengalami peningkatan sebanyak 531 ton atau 23,69%. Kenaikan produksi ini diperkirakan terjadi karena adanya peningkatan luas panen sebanyak 463 ha atau 25,04%. Kenaikan produksi kedelai relatif besar pada tahun 2010 ini terjadi di Bulungan, Passer, dan Berau. Sementara untuk pola panen kedelai diperkirakan masih akan sama dengan pola panen tahun 2008 maupun tahun 2009, yakni puncak panen selalu terjadi pada sekitar Mei-Agustus.

Dari Sumatera, Pemprov Jambi menggunakan varietas unggul untuk memacu peningkatan produksi kedelai, sehingga mampu menyamai produksi rata-rata nasional 1,2 ton/ha. Ada dua varietas unggul yang digunakan, yakni baluran dengan teknologi Bio P-2000 Z, dan millenium. Dua varietas tersebut mempunyai umur tanam yang singkat sekitar 78 hingga 80 hari, dengan hasil panen mencapai 2,5 hingga 3,5 ton/ha. Produksi kedelai Provinsi Jambi kini baru mencapai rata-rata 1,1 ton/ha. Pemda optimistis dua varietas yang dikembangkan itu akan mampu mewujudkan Provinsi Jambi sebagai sentra kedelai, tidak saja mampu memenuhi kebutuhan daerah setempat, bahkan luar daerah serta untuk diekspor.

Sementara itu, produksi kedelai Sumbar pada tahun 2009 (ASEM 2009) mencapai 3.175 ton atau mengalami peningkatan sebesar 117,61% atau 1.716 ton, dibandingkan produksi selama tahun 2008 yang mencapai 1.459 ton. Peningkatan produksi terutama disebabkan bertambahnya luas panen tanaman seluas 757 ha (67,29%). Kenaikan luas panen terjadi karena ada kegiatan bantuan benih kedelai tahun 2008, yang yang baru tanam pada akhir tahun 2008 dan awal tahun 2009.

Bali mampu menghasilkan kedelai sebanyak 13.622 ton selama tahun 2009, atau meningkat sebesar 4.198 ton atau 45,03% dibanding tahun 2008 yang hanya mencapai 9.424 ton. Peningkatan produksi itu berkat adanya penambahan luas panen yang mencapai 3.033 ha atau 47,80%. Meskipun produksi mengalami peningkatan yang cukup signifikan, namun produktivitas mengalami penurunan 0,27 kuintal atau sebesar 1,84%/ha. Meningkatnya hasil kedelai berkat petani mulai tertarik mengembangkan tanaman ini karena harga yang dinikmati petani tidak kalah dengan menanam padi atau jenis tanaman lainnya. (AI)

Tidak ada komentar: