Jumat, Januari 08, 2010

Pertanian Nasional Dibayangi El Nino

Kondisi iklim untuk tahun 2010 harus diwaspadai karena ancaman El Nino masih akan terasa. Dampak El Nino masih terasa di beberapa daerah sentra produksi padi yang masih mengalami kekeringan seperti wilayah Jawa Timur bagian timur, Jawa Tengan bagian timur, Bali,dan NTB.

Salah satu alternatif yang akan dilakukan Deptan untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim tersebut adalah dengan memberikan bantuan benih padi melalui Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) dengan varietas umur pendek seperti varietas Inpari I, Silu Gonggo, dan Dodotan. Ketiga varietas tersebut adalah hasil penelitian Balitbang Deptan. Ketiga varietas tersebut mempunyai umur pendek sekitar 85 - 90 hari dengan tingkat produksi sebesar 6-7 ton/ha.

Varietas padi itu merupakan benih induk yang nanti dijadikan benih sebar atau siap tanam oleh Balai Benih Induk (BBI) di tingkat provinsi. Volume benih yang disediakan untuk varietas Inpari 1 sebanyak 16 ton, sedangkan Silu Gonggo dan Dodotan masing-masing empat ton. Benih tersebut akan didistribusikan ke sentra-sentra produksi melalui BLBU.

Musim tanam 2009/2010 mengalami kemunduran akibat keterlambatan musim hujan sehingga masa tanam diperkirakan lebih singkat. Pada Desember 2009 masih terjadi penanaman padi namun diperkirakan puncak tanam akan berlangsung pada Januari 2010. Pada akhir Desember 2009 mulai ada panen, namun puncak panen terjadi pada Mei-Juni 2010, atau mundur dari biasanya Maret-April.

Menurut Deptan, Indonesia berpotensi mengalami surplus beras sebanyak 3 juta ton pada tahun 2009. Secara total produksi padi nasional mencapai 63,83 juta ton, atau naik 5,83%. Dengan produksi sebesar itu, maka status swasembada pangan yang telah dicapai pada tahun 2008 dapat dilanjutkan pada tahun 2009 dan tahun-tahun mendatang.
Selain padi, hasil produksi jagung dan kedelai juga mencapai target. Produksi jagung tahun 2009 diperkirakan mencapai 17,62 juta ton pipilan kering atau naik sekitar 8% dibanding pencapaian tahun 2008 sebanyak 16,3 juta ton. Sedangkan untuk produksi kedelai mencapai 930.852 ton atau naik sekitar 20% dari tahun sebelumnya 924.511 ton.

Berdasarkan informasi Deptan, sektor pertanian nasional menghadapi tiga persoalan krusial yang membuat pengembangan sektor tersebut menjadi terhambat. Tiga masalah dimaksud, pertama adalah tata ruang dan perencanaan wilayah. Selama ini, masalah ini kerap menghambat pengembangan sektor pertanian. Sektor pertanian akan menguat kalau masalah ini dapat dipecahkan. Kedua, masalah struktur dan sistem agribisnis. Masalah ini pun kerap menghambat upaya pemerintah dalam menggerakkan sektor pertanian. Ketiga, kesehatan hewan dan veteriner. Masalah ini pun perlu dipecahkan bersama karena menyangkut keterlibatan banyak pihak dan kesadaran masyarakat dalam mengelola peternakan yang sehat.

Selama periode 2006-2009 kegiatan perluasan areal pertanian untuk tanaman pangan mencapai 85.514 ha, hortikultura 16.507,5 ha, perkebunan 29.826 ha, dan untuk peternakan 10.081 ha. Saat ini luas areal pertanian tanaman pangan di Tanah Air hanya sekitar 7,8 juta ha, namun 3 juta ha di antaranya terancam konversi.
Tingkat konversi lahan pertanian ke areal nonpertanian di Indonesia sangat tinggi, yakni sekitar 140.000 ha/tahun, sementara pencetakan sawah baru hanya 70.000 ha/tahun. Peraturan untuk mengendalikan alih fungsi lahan pertanian selama ini tidak efektif karena tidak memberikan sanksi yang tegas kepada pelaku. Apabila konversi terus berjalan dan tak ada pengendalian, maka ketahanan pangan akan tergeser.

Mentan Suswono telah mematok target pada tahun 2010-2014 bakal mewujudkan ketahanan pangan nasional. Ada enam cara yang disampaikan. Pertama, mempertahankan swasembada beras menuju ekspor. Kedua, mempertahankan swasembada jagung dan meningkatkan ekspor. Ketiga mencapai swasembada kedelai pada tahun 2014. Keempat, secara bertahap meningkatkan produksi komoditas tanaman pangan utama lainnya. Kelima, mengembangkan komoditas tanaman pangan alternatif untuk substitusi produk impor. Keenam, mengurangi subsidi benih dan pupuk secara bertahap.

Deptan juga sudah menetapkan enam komoditas pangan sebagai sasaran swasembada pada lima tahun mendatang. Keenam komoditas itu adalah padi, jagung, kedelai, gula, daging sapi, dan susu. Pemerintah berharap, serangkaian target dan sasaran yang telah ditetapkan itu dapat mendorong peningkatan ketahanan pangan selama lima tahun ke depan.

Salah satu langkah pemerintah untuk menjaga ketahanan pangan adalah memperluas lahan pertanian. Pemerintah akan menjamin tambahan lahan-lahan baru untuk kepentingan pertanian. Nantinya, pembukaan lahan baru bukan dengan cara membuka kawasan hutan, melainkan melakukan konversi lahan-lahan tidur di seluruh wilayah Indonesia menjadi lahan produktif. Lahan tidur di Indonesia mencapai lebih dari 7,13 juta ha.

Dari jumlah tersebut, Badan Pertanahan Nasional (BPN) akan menyiapkan lahan tidur seluas 2 juta ha untuk kepentingan pertanian. Lahan-lahan yang terbengkalai itu sebenarnya merupakan lahan produktif untuk pertanian dan potensial untuk kegiatan peternakan. Deptan berharap, pemanfaatan lahan tidur bisa membuat kegiatan pertanian maupun peternakan mewujudkan swasembada pangan semakin optimal. Perluasan lahan pertanian juga dapat dilakukan dengan cara penanaman tumpang sari, serta menggalang kerjasama dengan pengusaha hutan tanaman industri (HTI), yakni dengan memanfaatkan lahan cukup luas bekas penebangan.

Di samping perluasan lahan, pemerintah juga akan merehabilitasi infrastruktur irigasi untuk kepentingan menjaga ketahanan pangan. Mulai tahun 2010 secara bertahap pemerintah akan merehabilitasi 1,5 juta ha lahan irigasi di 16 provinsi penyangga pangan nasional. Program perbaikan jaringan irigasi akan dilakukan di Jawa maupun luar Jawa. Pemda juga dilibatkan untuk mengawasi dan merawat penggunaan jaringan irigasi.

Deptan juga memastikan harga pupuk tidak akan naik, minimal sampai akhir triwulan I/2010. Pemerintah baru akan mengevaluasi kenaikan harga pupuk pada April 2010 nanti. Ketersedian pupuk untuk musim tanam 2009/2010 terbilang aman. Pemerintah telah menyediakan pupuk sampai 11 juta ton untuk tahun 2010. Pengadaan pupuk ini penting, mengingat anggaran subsidi pupuk nasional telah dipangkas Rp6,3 triliun, dari anggaran semula Rp17,5 triliun menjadi Rp11,3 triliun. Padahal, dengan anggaran Rp17,5 triliun pun kebutuhan pupuk murah bagi petani belum juga terpenuhi. Kelangkaan pupuk tahun 2010 dapat berimbas pada produksi pangan nasional. (AI)

Tidak ada komentar: