Senin, September 06, 2010

Tembakau

Dampak kemarau basah, petani tembakau di Kecamatan Kemlagi, Kabupaten Mojokerto, memanen tembakaunya lebih awal. Upaya ini untuk mengurangi kerugian lebih besar. Menurut catatan Dinas Perkebunan dan Kehutanan (Dishutbun) Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, kerugian panen awal tembakau seluas 103 ha pada September 2010 ini mencapai 50% akibat kemarau basah. Kemarau yang sering diwarnai hujan deras membuat mutu dan berat daun tembakau menurun.

Kondisi itu membuat harga jual daun tembakau menjadi lebih murah dibandingkan hasil panen tiga bulan lalu. Harga jual tembakau juga menurun. Untuk tembakau basah nomor satu laku Rp1.400/kg dan nomor dua Rp1.000/kg. Padahal sebelumnya harga tembakau nomor satu masih di kisaran Rp1.800/kg sampai Rp2.000/kg dan nomor dua Rp1.350/kg sampai Rp1.500/kg.

Harga jual tembakau di Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, juga anjlok. Tembakau petani yang sudah dirajang hanya dihargai Rp18.000/kg oleh pengusaha rokok. Bagi para petani harga jual sebesar itu tidak mampu mengembalikan modal. Pasalnya modal rata-rata yang dibutuhkan untuk memproduksi satu kilogram tembakau mulai dari menanam hingga pemrosesan daun menjadi tembakau membutuhkan biaya Rp30.000.

Menurut Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Pamekasan, kualitas tembakau petani memang jauh di bawah standar. Penyebabya karena daun tembakau sering terkena air hujan yang masih turun di musim kemarau. Murahnya harga tembakau membuat petani memilih mengeringkan daun tembakaunya menjadi krosok yang biasa digunakan bahan pembuatan cerutu meski harganya lebih murah sekitar Rp10.000/kg. Akan tetapi petani bisa menekan kerugian karena tidak perlu mempekerjakan buruh. Biasanya harga krosok lebih stabil ketimbang harga tembakau.

Di Temanggung, Jawa Tengah, ada yang namanya tembakau Srinthil, yakni tembakau yang paling berkualitas saat panen tiba. Kualitas tembakau Srinthil adalah di atas grade F. Bentuknya juga khas. Berwarna hitam kecoklatan, agak lembek, menggumpal karena pekat getah nikotin yang ada dan tidak kering. Aromanya sangat tajam. Dari jarak 1-3 meter saja aromanya masih bisa tercium. Bila berlama-lama mencium aroma tembakau Srinthil bisa bikin pusing. Sedang dari harga juga tinggi bisa mencapai Rp300 ribu-850 ribu/kg.

Tembakau Srinthil oleh pabrikan digunakan untuk bumbu atau campuran rokok sebagai pembuat aroma. Tembakau Srinthil akan muncul jika cuaca bagus, tidak turun hujan. Saat awal panenan, tembakau Srinthil belum muncul. Namun memasuki mangsa ketelu yang jatuh tanggal 26 Agustus berdasarkan pranata mangsa Jawa, Srinthil akan muncul. Untuk wilayah Desa Legoksari Kecamatan Tlogomulyo atau di wilayah Dusun Nglamuk yang ada di lereng timur Gunung Sumbing dikenal sebagai penghasil tembakau Srinthil. Namun, di wilayah lain tembakau Srinthil juga mungkin muncul.

Tidak semua tanaman tembakau akan menghasilkan Srinthil. Warga menyakini kemunculan Srinthil itu juga berkaitan erat dengan pulung. Setiap memasuki bulan ketelu, ada warga yang sengaja menunggu setiap malam di kebun untuk mengetahui ada tidaknya Srinthil. Namun berdasarkan kepercayaan warga sekitar pulung Srinthil akan akan muncul seperti sinar terang warna biru di langit yang muncul di lereng Sumbing yang ditanami tembakau. Bila Srinthil muncul berarti untung berlipat ada di depan mata dibandingkan hasil panen sebelumnya.

Pada tahun 2009 lalu rekor tertinggi harga tembakau Srinthil ada di Nglamuk dengan harga Rp850 ribu/kg. Saat ini harga tembakau grade A-B berkisar Rp50 ribu/kg. Sedang untuk grade C atau petikan ketiga sekitar Rp75 ribu-100 ribu/kg. Untuk mengetahui kualitas tembakau bisa dilihat dari ambu (bau), cekel (tembakau saat dipegang) dan kelir atau warna saat dirajang dan dikeringkan.

Industri tembakau nasional yang didominasi oleh kretek (sebesar 92%) ternyata memiliki peranan besar bagi perekonomian Indonesia. Penerimaan negara pada tahun 2009 berjumlah sekitar Rp55 triliun. Selain itu, sesuai dengan sifat industrinya yang padat karya, lebih dari enam juta tenaga kerja (mulai dari petani tembakau, petani cengkeh, pekerja pabrik, pengecer, dan sektor lain yang terkait) menggantungkan hidupnya pada industri ini. Oleh karena itulah, pemerintah Indonesia menetapkannya sebagai salah satu industri yang termasuk dalam 10 industri prioritas nasional.

Namun, kontribusi yang signifikan tersebut tidak lepas dari berbagai tantangan yang datang baik dari dalam maupun luar negeri, seperti desakan internasional kepada Indonesia untuk segera meratifikasi Konvensi Kerangka kerja Pengendalian Tembakau (FCTC). Kemudian usulan FCTC terkait pelarangan penggunaan bahan lain selain daun tembakau dalam rokok termasuk di antaranya adalah cengkeh yang merupakan bahan baku rokok kretek, usulan regulasi yang ekstrim di tingkat nasional maupun regional, dan masih banyak lagi yang semakin memojokkan keberadaan industri ini.

Aliansi Masyarakat Tembakau Indonesia (AMTI) meminta pemerintah membuat regulasi yang seimbang tentang rokok dari semua aspek, baik dari pekerja maupun konsumen. Pasalnya tembakau dinilai mempunyai zat aditif yang berdampak buruk bagi kesehatan. Untuk itu AMTI ingin ada peraturan yang jelas mengenai rokok dari semua sisi, baik dari pekerja maupun konsumen. AMTI mengeluhkan aturan rokok yang sangat dibatasi, seperti iklan sehingga dinilai merugikan industri.

Pemerintah sendiri saat ini tengah menyusun rancangan peraturan pemerintah (RPP) industri rokok. Dalam peraturan tersebut pemerintah secara tegas akan melarang berbagai hal termasuk mengenai larangan iklan di semua jenis media, pemberian sponsor, pengaturan isi kemasan rokok, serta larangan merokok di restoran, bar, kantor, dan tempat-tempat umum. AMTI kembali berharap agar pemerintah dapat menyelesaikan dan mengesahkan RPP tentang Pengamanan Produk Tembakau sebagai Zat Adiktif bagi Kesehatan tersebut. Hal ini perlu dilakukan agar industri rokok mendapat kepastian dalam berusaha.

Sepanjang semester I/2010 ini, ekspor tembakau membukukan kenaikan dibandingkan periode yang sama tahun 2009. Nilai ekspor komoditi itu naik 37% dari USD270 juta pada semester I/2009 menjadi USD370 juta pada semester I/2010. Dari segi volume, ekspor tembakau semester I/2010 mengalami kenaikan sebesar 16,95% atau naik dari 58.447 ton menjadi 68.356 ton. (AI)

Tidak ada komentar: