Senin, Februari 02, 2009

Pupuk

Menurut Dirut PT Pupuk Sriwijaya, selaku holding BUMN pupuk, Dadang Heru Kodri, produksi pupuk nasional tahun 2009 diperhitungkan akan melebihi target pemerintah 7 juta ton, seiring dengan peningkatan produksi dari seluruh BUMN pupuk di Indonesia. PT Pupuk Kaltim (PKT) menargetkan produksi pupuk sebesar 2.780.000 ton pada tahun 2009, atau naik jika dibandingkan dengan harapan produksi tahun 2008 sebesar 2.528.200 ton. Produksi pupuk PKT disalurkan ke dua pertiga wilayah Indonesia. Wilayah yang dimaksud adalah Kalimantan di luar Kalimantan Barat, Jawa Timur, Bali, Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara.

Sebelumnya Wakil Presiden M Jusuf Kalla mengatakan, target produksi pupuk untuk tahun 2009 dinaikkan menjadi 7 juta ton. Menurut Wapres, jika produksi tahun 2009 bisa mencapai target 7 juta ton maka tidak akan ada lagi kekurangan pupuk. Karena dalam hitungan Wapres kebutuhan pupuk pada tahun 2009 sebesar 7 juta ton/tahun. Hingga tahun 2015 target produksi pupuk mencapai 15 juta ton.

Wapres menambahkan saat ini semua produk pertanian seperti padi, jagung, tebu, kakao maupun kelapa sawit mengalami kenaikan produksi. Dengan demikian, dibutuhkan pupuk yang lebih banyak. Sementara selama 10 tahun ini tidak ada peningkatan produksi pada pabrik pupuk. Karena itu, semua pabrik pupuk harus ditingkatkan produksinya. Untuk saat ini ada dua pabrik yang belum berproduksi maksimal yakni PIM di Aceh dan PKT karena kurangnya pasokan gas. Untuk itu Wapres telah memerintahkan agar pasokan gas segera bisa diselesaikan.

Produksi pupuk nasional diperkirakan akan mencapai 7,1 ton hingga 7,7 juta ton, dan selisihnya akan mampu menambah cadangan seiring dengan kenaikan subsidi pupuk dari pemerintah. Subsidi pupuk dari pemerintah tahun 2009 telah dinaikkan menjadi 5,3 juta ton dari sebelumnya 4,8 juta ton pada tahun 2008. Dengan tambahan itu, diharapkan produksi akan berjalan lancar. Apalagi sejumlah BUMN pupuk anggota holding menginformasikan sampai kini produksi dan kondisi pabrik dalam keadaan normal. Justru yang mendesak saat ini adalah optimalisasi distribusi pupuk, terutama yang bersubsidi, agar benar-benar diterima petani.

Distribusi pupuk urea bersubsidi di Banyumas mulai awal tahun 2009 menerapkan sistem distribusi tertutup. Distributor dan pengecer resmi tak boleh lagi menyimpan pupuk. Mereka juga hanya diperbolehkan menjual pupuk kepada petani, sedangkan petani hanya boleh membeli pupuk jika memiliki kartu kendali. Seorang petani di Desa Karang Kedawung, Kecamatan Sokaraja mengaku, sudah tak kesulitan lagi memperoleh pupuk urea sejak petani harus membeli pupuk dengan kartu kendali. Harga belinya pun sesuai dengan harga eceran tertinggi pupuk urea bersubsidi yakni Rp60.000/zak isi 50 kg.

Wakil Bupati Banyumas Achmad Husein mengatakan, dengan diterapkannya distribusi tertutup, distributor maupun pengecer tak diperbolehkan lagi menyimpan pupuk. Pupuk hanya boleh disimpan di gudang PT Pupuk Sriwijaya. Pupuk pun hanya didistribusikan oleh distributor dan pengecer pada saat petani membutuhkannya. Agar jumlah pupuk yang didistribusikan sesuai kebutuhan petani, pengecer dengan petani mengadakan pertemuan seminggu sekali untuk membahas kebutuhan pupuk.

Dari Klaten, Jateng, ancaman kelangkaan pupuk tahun 2009 tampaknya tidak akan surut karena defisit pupuk tahun 2009 bakal mencapai 48.554 ton. Dari kebutuhan Pemerintah Kabupaten Klaten untuk alokasi tahun 2009 total sebanyak 96.442 ton, ternyata oleh pemprov hanya disetujui sebesar 47.888 ton baik untuk pupuk bersubsidi jenis urea, superphospat, ZA, NPK, dan organik.

Menurut Kasubdin Pertanaman Pangan, Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan (DPDKP) Klaten Wahyu Prasetyo, alokasi dari pemprov sulit dikatakan cukup karena kenyataannya ada kekurangan sebanyak itu. Dengan kenyataan itu petani diminta menyadari dan menggunakan pupuk sesuai dengan kuota pemerintah dalam rencana definitif kebutuhan kelompok (RDKK) jenis urea sebesar 250 kg/ha sehingga tidak ada kelangkaan. Ajuan ke provinsi memang masih menggunakan kuota kebutuhan rata-rata sebesar 300 kg/ha. Sementara perkiraan provinsi sudah menggunakan kuota baru 250 kg/ha yang menjadi dasar distribusi sistem tertutup berdasar RDKK per 1 Januari 2009.

Data di DPDKP, ajuan pemkab untuk urea sebesar 35.173 ton hanya disetujui 27.388 ton, ZA dari ajuan 10.953 ton hanya dijatah 6.678 ton, superphospat dari 10.391 ton hanya diberi 4.279 ton, NPK mengajukan 15.170 ton hanya dialokasikan 7.717 ton. Sementara untuk pupuk organik yang digenjot meminta 24.755 ton hanya dialokasikan 1.826 ton. Jumlah alokasi 2009 ini juga tidak jauh berbeda dengan tahun 2008. Pada tahun 2008, dari ajuan urea 30.000 ton hanya disetujui 27.000 ton, SP36 diusulkan 10.000 ton hanya diberikan 7.101 ton, dan Za hanya 5.195 ton.

Stok pupuk urea bersubsidi tahun 2009 di Kabupaten Sukoharjo dijamin aman. Namun, pupuk jenis nonurea seperti SP36, Phonska maupun ZA justru diperkirakan akan mengalami kekurangan stok. Menurut Kepala Dinas Pertanian Sukoharjo Giyarti, pada tahun 2009 ini Sukoharjo mendapatkan alokasi pupuk urea bersubsidi dari Provinsi Jateng sebanyak 20.422 ton. Dari jumlah itu, sebanyak 20.220 ton dialokasikan untuk tanaman pangan, sebanyak 117 ton untuk holtikultura dan sebanyak 85 ton untuk peternakan.

Alokasi pupuk yang diperoleh Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2009 ini lebih banyak jika dibanding tahun 2008 lalu yang hanya sebanyak 19.444 ton. Sementara itu, alokasi pupuk nonurea bersubsidi yang diperoleh kabupaten itu untuk tahun 2009 ini sebanyak 14.367,75 ton. Dari jumlah itu, sebanyak 3.517,75 ton pupuk Super Pos, 3.457 ton pupuk ZA, 5.490 ton pupuk NPK Phonska, dan sebanyak 1.903 ton pupuk organik. Pupuk sebanyak itu dialokasikan untuk kebutuhan pemupukan tanaman pangan.

Pemerintah akan menambah alokasi pupuk urea bersubsidi untuk tahun 2009 menjadi 4,55 juta ton dibanding pada tahun 2008 sebesar 4,3 juta ton. Penambahan ini terkait dengan peningkatan target capaian produksi. Menurut Direktur Sarana Produksi Direktorat Tanaman Pangan Departemen Pertanian Spudnik Sujono, pemerintah menargetkan pencapaian produksi sebesar 63,5 juta ton gabah kering giling (GKG) atau naik dari target produksi tahun 2008 yang sebesar 61,1 juta ton GKG. Selain urea, pemerintah juga akan memberikan alokasi pupuk bersubsidi lainnya seperti 1 juta ton untuk fosfor, 932.000 ton ZA, 1,3 juta ton NPK, dan 450.000 pupuk organik. (AI)


Tidak ada komentar: