Rabu, Agustus 25, 2010

Semester II/2010 pasar properti makin menjanjikan

Pasar properti pada semester II/2010 ini diperkirakan akan tetap semarak. Salah satu penyebabnya adalah suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI rate tetap bertahan di level 6,5% sehingga bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pun stabil. Beberapa perusahaan properti menyatakan rasa optimistisnya, antara lain PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) yang optimistis mampu meraih penjualan senilai Rp1 triliun. Maklum, pada semester I/2010 penjualan SMRA naik 26,7% menjadi Rp677 miliar.

Tak mau kalah, PT Bumi Serpong Damai (BSDE) juga optimistis penjualannya bakal melejit mencapai Rp2 triliun. BSDE juga merasa yakin tidak akan kesulitan mencapai target laba bersih Rp355 miliar. Pasalnya, pada semester II/2010 ini, BSDE akan merilis proyek residensial dan komersial baru senilai Rp310 miliar. Di samping itu, BSDE masih memiliki proyek industri senilai Rp259 miliar.

Optimisme juga datang dari PT Alam Sutera Tbk (ASRI) yang yakin tahun 2010 ini mampu meraih pendapatan sebesar Rp800 miliar. Selain mengandalkan proyek di Serpong dan Tangerang, ASRI bakal berekspansi ke Bali mengembangkan kawasan resor pada areal seluas 10 ha. Selama Januari-Februari 2010, harga jual tanah di Alam Sutera, Tangerang rata-rata Rp4,97 juta per m2, atau naik dari Rp4,25 juta per m2 pada periode yang sama tahun 2009.

Tumbuhnya kepercayaan diri pengembang tak terlepas dari membaiknya pasar properti di Tanah Air. Bahkan di paruh kedua tahun 2010 ini penjualan properti terus meningkat, menjelang siklus booming properti yang diperkirakan terjadi pada tahun 2011 atau 2012 mendatang.

Sejak awal tahun 2010 permintaan properti terutama unit residensial terus mengalami pertumbuhan, dan kondisi itu terus berlanjut hingga akhir tahun nanti. Harga unit apartemen di proyek Green Central misalnya, hingga pertengahan tahun sudah naik sekitar 10%. Secara total sampai penutupan tahun diperkirakan harga properti di proyek seluas 1,4 ha tersebut akan naik sedikitnya 20%. Saat ini, apartemen di Tower Adenium dihargai mulai Rp480 juta sampai Rp4 miliar. Sementara tahun depan, harga properti diperkirakan rata-rata akan tumbuh sekitar 20-25%.

Hal yang sama terjadi di Park Residence. Dalam beberapa bulan terakhir harga apartemen di proyek tersebut naik bervariasi. Sebagai contoh unit apartemen dua kamar (91 m2) yang dijual seharga Rp1,333 miliar di tower pertama, kini di tower kedua naik menjadi Rp1,399 miliar. Sementara yang tiga kamar (138 m2) naik dari Rp1,967 miliar menjadi Rp2,027 miliar.

Real Estat Indonesia (REI) tetap meyakini bisnis properti di dalam negeri tahun 2010 ini akan tetap tumbuh sekitar 20% dibanding tahun 2009, dengan catatan suku bunga tetap berada dalam kondisi moderat di bawah 10%, dan kondisi politik dan keamanan Indonesia tetap stabil. Tahun 2010 ini diperkirakan akan menjadi era kebangkitan bagi proyek-proyek residensial atau perumahan (landed house), setelah sempat limbung terimbas krisis ekonomi global hingga kuartal III/2009.

Ironisnya, kondisi sektor rumah bersubsidi malah memprihatinkan. Sejak awal tahun 2010 hingga kini, pengembang mengaku belum berminat memasarkan kembali rumah susun sederhana subsidi (rusunami). Hal itu dipicu belum adanya kejelasan skema penyaluran subsidi berupa fasilitas likuiditas (FL) pemerintah. Para pengembang masih menunggu konsistensi kebijakan perumahan yang digulirkan pemerintah.

Pemberlakuan skema baru subsidi berupa FL untuk masyarakat menengah ke bawah mulai Juli 2010 bakal sulit terlaksana tahun 2010 ini, karena terganjal sosialisasi aturan hingga ke level bawah, termasuk perbankan dan pengembang. Belum bisa diterapkannya pola FL jangan sampai menghentikan pola lama subsidi. Kenyataannya, selama masa transisi, pola lama subsidi ikut terhenti, akibatnya penyaluran rumah sederhana sehat (RSh) tahun 2010 ikut tersendat.

Selama semester I/2010, penyaluran kredit RSh subsidi baru 53.000 unit atau 35% dari target tahun 2010 sebanyak 150.000 unit. Kalangan pengembang di dalam negeri pesimis target pembangunan hunian sebanyak 150.000 unit RSh dan 30.000 unit rusunami akan tercapai pada tahun 2010. Realisasi RSh yang terbangun diperkirakan maksimal justru hanya sekitar 100.000 unit atau 66,67% dari total target, sedangkan rusunami tak lebih dari 10.000 unit atau hanya 33,33% dari rencana Kemenpera.

Kondisi itu sejalan dengan sikap perbankan yang mulai ragu memberikan pembiayaan bersubsidi lantaran Kemenpera dinilai tidak proaktif menuntaskan landasan hukum dalam melanjutkan pola pembiayaan subsidi melalui skema lama. Keadaan ini membuat realisasi RSh per Agustus 2010 hanya sekitar 50.000 unit sedangkan untuk rusunami baru tak lebih dari 5.000 unit.

Sementara itu, penurunan kredit macet di sektor properti sepanjang semester I/2010 dinilai semu oleh sejumlah pengembang, karena tidak mencerminkan kondisi riil masyarakat bawah yang justru kian tertekan oleh berbagai disinkronisasi kebijakan pemerintah. Menurut Komite Tetap Kadin lndonesia Bidang Perumahan Rakyat, peluang masyarakat menengah ke bawah memiliki RSh sepanjang tahun 2010 ini dipastikan kian mengecil akibat tingkat kesejahteraan yang cenderung memburuk, menyusul tekanan ekonomi yang berpotensi menguat.

Pada saat yang bersamaan, kemampuan mengangsur segmen RSh pada semester II/2010 semakin mengecil seiring dengan dampak berantai kenaikan tarif dasar listrik (TDL), perubahan pola subsidi KPR, dan kenaikan harga kebutuhan pokok menjelang Lebaran.

Meskipun kredit macet sektor properti sepanjang semester I/2010 secara umum turun 26,25% dibanding semester II/2009, yakni dari Rp24,4 triliun menjadi Rp19,32 triliun, namun kredit bermasalah (non performing loan/NPL) di segmen KPR dan apartemen hingga tipe 70 justru melonjak 22,11% dari Rpl0,9 triliun menjadi Rpl3,31 triliun. Peningkatan kredit macet untuk segmen tersebut secara konsisten terus meningkat sepanjang paruh pertama 2010. Pada Januari 2010, NPL di segmen ini tercatat Rp2,04 triliun dan naik 52,76% menjadi Rp2,49 triliun pada Juni 2009. (AI)

Tidak ada komentar: