Jumat, Agustus 15, 2008

Produksi padi 2008 diperkirakan naik

Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan produksi padi selama tahun 2008 akan meningkat 2,72 ton atau naik 4,76% dibanding produksi tahun 2007 yang mencapai 57,16 juta ton. Menurut Deputi Bidang Statistik Produksi Pietojo, Angka Ramalan II (ARAM II) produksi padi tahun 2008 diperkirakan sebesar 59,88 juta ton gabah kering giling (GKG). Kenaikan produksi padi itu diperkirakan terjadi karena peningkatan luas panen seluas 237,61 ribu ha (1,96%) dan peningkatan produktivitas sebesar 1,30 kuintal/ha (2,76%). Kenaikan produksi padi tahun 2008 diperkirakan terjadi di beberapa provinsi, terutama di Provinsi Jatim, Jateng, Sulsel, NTB, Jabar, Sumsel, Kalbar, dan Sulteng.

BPS Jabar memperkirakan produksi padi pada tahun 2008 ini akan mencapai 10.077.625 ton GKG atau naik 1,65% dibanding tahun 2007. Berdasarkan perkiraan itu, produksi beras tahun 2008 mencapai 6.369.059 ton. Peningkatan produksi padi tahun 2008 ini karena adanya peningkatan luas panen sebesar 1,45%, yaitu dari 1.829.085 ha pada tahun 2007 menjadi 1.855.584 ha pada tahun 2008. Realisasi luas panen pada periode Januari-April 2008 mencapai 843.747 ha, dan jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2007, meningkat 31,79%. Namun pada dua periode selanjutnya, yaitu Mei-Agustus 2008 dan September-Desember 2008 diperkirakan akan menurun dibandingkan dengan periode sama tahun 2007.

Di samping karena peningkatan luas panen, peningkatan produksi juga disebabkan adanya peningkatan produktivitas dari 54,20 kuintal/ha menjadi 54,31 kuintal/ha, atau meningkat 0,20%. Peningkatan produktivitas padi tersebut menandakan adanya penerapan teknologi dan sarana pendukung yang memadai, serta harga gabah yang saat ini berada di atas harga pembelian pemerintah (HPP) sehingga meningkatkan semangat petani untuk memproduksi. Mengenai nilai tukar petani (NTP), berdasarkan pemantauan pada 16 kabupaten di Jabar, pada Mei 2008 terjadi kenaikan NTP sebesar 1,43%, yaitu dari 92,85 menjadi 94,18. NTP ini diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani dalam persentase.

Sementara itu BPS Jateng memperkirakan produksi padi di Jateng pada tahun 2008 mencapai 9,07 juta ton GKG. Perhitungan berdasarkan ARAM II itu naik sekitar 5,21% atau sebesar 449,33 ribu ton dibanding produksi tahun 2007 sebesar 8,62 juta ton GKG. Peningkatan produksi ini diperkirakan terjadi akibat kenaikan luas panen sekitar 45,87 ribu ha atau 2,84% dan produktivitas juga diprediksi meningkat sebesar 1,24 kuintal/ha atau sekitar 2,32%. Perkiraan pencapaian produksi padi pada tahun 2008, didukung dengan pola panen karena adanya kenaikan frekuensi panen.

Di Riau, produksi padi tahun 2007 terjadi peningkatan dibanding tahun 2006. Akan tetapi adanya penurunan jumlah luas tanam pada periode September-Desember 2007, diprediksikan produksi padi pada tahun 2008 menurun. Catatan BPS Riau menyatakan, pada tahun 2007 produksi padi Riau mencapai 490.087 ton GKG. Jumlah tersebut naik sebesar 14,14% dibanding produksi tahun 2006. Mengenai produksi pada tahun 2008, dari hasil prediksi BPS, produksi padi tahun 2008 (aram II) diperkirakan sebesar 468.283 ton GKG atau turun 4,45 % dibanding tahun 2007. Tingkat produktivitas juga mengalami penurunan mencapai 33,31 kuintal/ha dan perkiraan luas panen turun 4,47% atau 140.592 ha.

Berdasarkan ATAP tahun 2007, produksi padi pada Provinsi Sulsel mencapai 3,64 juta ton GKG, yang terdiri dari padi sawah 3,62 juta ton dan padi ladang 0,02 juta ton. Sementara berdasarkan ARAM II 2008, produksi padi pada tahun 2008 diperkirakan 3,87 juta ton GKG, yang terdiri dari padi sawah 3,85 juta ton dan padi ladang 0,02 juta ton. Jika dibandingkan antara ATAP 2006 dan ATAP 2007 produksi padi di Provinsi Sulsel meningkat 269,63 ribu ton GKG (naik 8,01%). Sedangkan bila dibandingkan dengan ARAM II 2008, diperkirakan produksi padi meningkat lagi sebesar 239,12 ribu ton (6,58%).

Dari Kalteng, produksi padi tahun 2008 berdasarkan ARAM II diperkirakan 510.248 ton GKG atau turun 52.225 ton dibandingkan dengan produksi padi angka tetap (ATAP) 2007 sebesar 562.473 ton. Hal ini disebabkan berkurangnya luas panen 27.160 ha, yakni dari 229.665 ha pada tahun 2007 menjadi 202.505 ha pada tahun 2008. Berkurangnya luas panen antara lain akibat larangan pembukaan lahan, terutama untuk padi ladang dengan cara membakar. Penurunan luas panen padi ladang cukup signifikan, yakni dari 105.439 ha pada tahun 2007 menjadi 83.107 ha pada tahun 2008 (ARAM II). Sementara itu, luas panen padi sawah juga turun, tetapi tidak seluas penurunan areal padi ladang, yakni dari 124.226 ha menjadi 119.398 ha.

Tiga tahun ke depan Deptan memperkirakan produksi padi nasional dapat ditingkatkan hingga 9 juta ton GKG melalui optimalisasi berbagai program yang telah dilakukan saat ini. Peningkatan produksi padi itu juga didukung upaya pembukaan investasi di sektor tanaman pangan. Mentan Anton Apriyantono menyatakan, Deptan telah melaksanakan berbagai program seperti Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT), pemberian bantuan benih, subsidi pupuk, serta perbaikan dan pembangunan irigasi.

Keyakinan Mentan tersebut didukung ARAM II BPS yang menyebutkan produksi beras 2008 diperkirakan mencapai 59,88 juta ton GKG, meningkat 2,72 ton atau naik 4,76% dari produksi 2007 yang tercatat 57,16 juta ton. Dari berbagai pengalaman tahun sebelumnya, biasanya angka tetap produksi pangan yang dikeluarkan BPS lebih tinggi dari Aram jika berbagai program untuk meningkatkan produksi padi telah dilaksanakan, meskipun hal itu masih tergantung pada iklim dan serangan hama.

Ketika sejumlah kalangan pada tahun 2006 menyangsikan target produksi pangan yang ditetapkan Deptan akan tercapai karena terjadinya kemarau panjang, nyatanya produksi terbukti justru naik 300 ribu ton dari tahun 2005. Begitu juga pada tahun 2007, iklim justru bersahabat dengan kemarau basah, sehingga petani masih bisa menanam padi saat musim kemarau yang akhirnya meningkatkan produksi 4,96% atau 2,7 juta ton dibanding produksi tahun 2006.

Deptan menargetkan pelaksanaan program SLPTT mencakup areal seluas 1,5 juta ha. Ternyata dari sejumlah daerah yang telah melaksanakannya, terlihat adanya kenaikan produksi 1-2 ton GKG/ha. Jika kenaikan produktivitas tanaman 1 ton/ha, maka akan terjadi penambahan produksi 1,5 juta ton GKG. Jika semua program tersebut sukses, maka peningkatan produksi yang ditargetkan pemerintah sebesar 5%/tahun, Indonesia bisa surplus beras bahkan menjadi negara eksportir produk pangan tersebut. (AI)


Tidak ada komentar: