Jumat, Juli 11, 2008

Pasar telekomunikasi nasional masih terbuka

Kompetisi di sektor telekomunikasi diprediksi sangat ketat sebelum akhirnya memasuki babak kemapanan. Pertumbuhan pasar seluler di Indonesia saat ini ditandai dengan pertumbuhan pengguna yang tumbuh dua kali lipat dalam kurun waktu 20 bulan dan dengan rata-rata pertumbuhan tahunan lebih dari 55%. Sampai dengan triwulan I/2008, penetrasi nirkabel telah mencapai 48%.

Berdasarkan data JP Morgan, penetrasi tersebut masih jauh dibandingkan dengan Filipina yang telah mencapai 60%, Thailand 83%, dan Malaysia 84% pada akhir tahun 2007. Pasar telekomunikasi Indonesia saat ini mencapai 120,6 juta di mana layanan GSM mendominasi dengan pangsa pasar 79,8%, diikuti layanan CDMA 13%, dan telepon tetap 7,2%.

Indonesia merupakan negara dengan pangsa pasar komunikasi bergerak yang sangat potensial. Pasar yang besar ini terlihat dari penetrasi yang baru mencapai 40% dari jumlah populasi 232,9 juta penduduk pada tahun 2007 dan didukung dengan tingkat Average Revenue Per User (ARPU) USD6/bulan. Secara global, saat ini terdapat hampir 3 miliar pelanggan komunikasi bergerak dan akan meningkat menjadi 5 miliar pada tahun 2012.

Komunikasi bergerak mempunyai dampak positif sosial ekonomi, baik pada tingkatan mikro maupun makro. Pada tingkatan mikro, komunikasi bergerak dapat meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari melalui peningkatan kesempatan kerja, pendapatan individu, membangun jaringan sosial yang lebih kuat, meningkatkan keamanan dan mengurangi kebutuhan untuk berpergian. Sementara itu pada tingkatan makro, komunikasi bergerak akan meningkatkan efisiensi, memungkinkan pembangunan teknologi untuk wilayah pedesaan, merangsang pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) dan mendorong perkembangan sosial secara keseluruhan.

Akses komunikasi yang lebih baik akan dapat membantu mengangkat pertumbuhan ekonomi sebuah negara, dengan merangsang terciptanya peluang bisnis serta pendapatan. Fakta baru-baru ini mengungkapkan bahwa penurunan tarif telepon selular berakibat pada peningkatan jumlah pengguna telepon bergerak yang signifikan di Indonesia. Menurut BPS, penurunan tarif ponsel telah memberikan sumbangan terbesar terhadap deflasi bulan April 2008 sebesar 0,21%.

Melemahnya daya beli sebagai dampak kenaikan BBM tidak berpengaruh pada pasar ponsel. Penjualan ponsel justru terdongkrak akibat pertumbuhan industri telekomunikasi. Saat ini pertumbuhan pasar seluler banyak ditopang penjualan ponsel low-end. Semakin banyak ponsel berharga murah (low-end) yang menawarkan fitur canggih dan memberikan banyak pilihan. Salah satunya adalah ponsel asal China yang selama kuartal I/2008 diperkirakan meningkat 10% hingga 15% per bulan. Ponsel China gencar menancapkan image kepada konsumen untuk mengenal lebih dalam produk mereka. Ada tiga produk ponsel China yang mendominasi penjualan, yaitu Hitech, Startech, dan K-touch.

Sementara itu, Indonesia masuk tiga besar konsentrasi penggunaan layanan code division multiple access (CDMA) untuk kawasan Asia Pasifik. Wilayah konsentrasi CDMA di Asia Pasifik adalah India, China, dan Indonesia. Di sisi lain, semakin banyak operator baru di negara berkemang seperti Angola, Maroko, Nigeria, Pakistan, dan Yaman telah menjaring lebih dari satu juta pelanggan CDMA.

Kawasan Asia Pasifik menambah jumlah net pelanggan CDMA baru diikuti Eropa, Timur Tengah, dan Afrika yang juga tumbuh dengan persentase paling pesat. Di kawasan tersebut, kinerja dan fleksibilitas jaringan CDMA sudah mampu memenuhi kebutuhan pasar yang bervariasi mulai dari penduduk desa yang tersebar hingga penduduk di pusat kota yang padat.

Di Indonesia, layanan CDMA digelar oleh PT Telkom Tbk, PT Indosat Tbk, PT Bakrie Telecom Tbk, PT Mobile-8 Telecom Tbk, PT Smart Telecom, serta PT Sampoerna Telekomunikasi Indonesia. Direktur Corporate Services PT Bakrie Telecom Tbk Rakhmat Junaidi mengatakan, pihaknya optimis tahun 2008 ini dapat menambah total pelanggan menjadi 7 juta dari sekitar 3,8 juta tahun 2007.

Sementara Deputy Chief Executive Officer PT Smart Telecom Djoko Tata Ibrahim mengatakan pihaknya mematok target tiga juta pelanggan dengan 5% di antaranya berasal dari korporasi. Saat ini konsentrasi Smart Telecom masih di Jakarta, dan perluasan dilanjutkan di Jabar, Jatim, dan Jateng. Saat ini Smart Telecom mengklaim telah menjaring 500.000 pelanggan dan pada akhir tahun 2008 bisa menggelar layanan di Bali, Kalimantan, dan Sulawesi secara komersial.

VP Product Management PT Telkom Eddy Sarwono mengatakan, saat ini Telkom Flexi sudah menjaring lebih dari 6 juta pelanggan. Operator Telkom Flexi tersebut juga akan meluncurkan FlexiCash untuk melengkapi layanan bagi pelanggan. Telkom menargetkan penguasaan pasar telepon tetap nirkabel atau fixed wireless access (FWA) secara nasional hingga 60% tahun 2008 ini, atau meningkat dari penguasaan tahun 2007 sebesar 54%, dengan jumlah pelanggan 6,4 juta nomor.

Jumlah pelanggan CDMA di Indonesia mencapai 5,82 juta pada tahun 2005, meningkat menjadi 7,89 juta pada tahun 2006, kemudian meningkat kembali menjadi 12,88 juta pada tahun 2007. Sedangkan sampai akhir tahun 2008, jumlah pelanggan CDMA diprediksi akan berada pada kisaran 23,5 juta sampai 24,5 juta atau meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya.

Pertumbuhan penjualan yang terus meningkat dalam kurun waktu tiga tahun terakhir tersebut menunjukkan bila layanan CDMA di Indonesia sangat berpeluang untuk tumbuh. Namun, mengingat jauhnya angka penjualan layanan CDMA dengan GSM, penjualan layanan CDMA boleh jadi belum akan menggantikan posisi GSM di pasar. Saat ini, kontribusi penjualan layanan CDMA di pasar telekomunikasi bergerak dunia hanya sekitar 11,4%, sedangkan GSM sudah mencapai 81,3%.

Tapi itu bukan berarti CDMA menjadi tidak menarik di mata konsumen. Karena sejatinya teknologi yang dipakai CDMA tidak kalah dengan teknologi GSM. Layanan CDMA di dunia maupun Indonesia didukung oleh teknologi CDMA2000 dan evolution-data optimized (EV-DO) yang lebih unggul ketimbang GSM dari segi layanan data. Pada akhir tahun 2007, layanan berbasis CDMA2000 di dunia sudah mencapai 418 juta dengan angka pertumbuhan sebesar 30% dibandingkan tahun 2006. Sementara pengguna EV-DO di dunia sekitar 90 juta pada akhir tahun 2007.

Makin banyaknya operator yang bermain di jaringan ini, produk layanan yang kian bervariasi plus tarif yang terbilang murah, ditambah lagi dengan makin banyaknya ponsel yang bisa diperoleh dengan harga di bawah Rp500 ribu, tidak salah memang jika pemerintah pun mengandalkan kehadiran CDMA untuk mendorong percepatan penetrasi pasar telekomunikasi di tanah air. (AI)


Tidak ada komentar: