Rabu, Juli 23, 2008

Properti masih potensial dibiayai

Pengamat properti Panangian Simanungkalit memperkirakan investasi properti akan kembali booming pada tahun 2009. Kondisi itu akan sama seperti pada tahun 2004. Pasalnya, pada tahun itu kondisi ekonomi Indonesia akan lebih baik, yakni pertumbuhan ekonomi sebesar 6,3% dengan tingkat inflasi turun menjadi 6%. Apalagi Dewan Pengurus Pusat Real Estate Indonesia (REI) mempercepat rancangan kepemilikan properti asing.

Panangian menyarankan konsumen sebaiknya membeli investasi properti tahun 2008 ini. Sebab pengembang tak bisa mengambil untung besar seiring naiknya harga bahan bangunan akibat imbas kenaikan harga BBM dan minyak mentah dunia. Saat ini pasar properti yang belum tergarap secara optimal ada di kelas premium yang memiliki potensi Rp5 triliun/tahun. Dalam 25 tahun terakhir pasokannya hanya 3 ribu unit, akibatnya peminat kelas premium memilih membeli properti di Singapura. Pertumbuhan kelas itu bisa mencapai 20-30%.

Potensi properti yang bagus ini menarik perbankan untuk berlomba-lomba membiayainya. Bank Negara Indonesia (BNI) menggandeng 200 pengembang di seluruh Indonesia untuk meraih target penetrasi pengucuran kredit kepemilikan rumah (KPR) tahun 2009 sebesar Rp2 triliun. Dari 200 pengembang itu terdapat sekitar 400 perumahan yang sebagian besar terdapat di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).

Sementara itu BNI Syariah tahun 2008 ini menargetkan dapat membiayai pemilikan rumah sederhana sehat (RSh) sebanyak 4.000 unit. Potensi pembiayaan perumahan tersebut diperkirakan mencapai Rp80 miliar. Menurut Direktur Usaha Kecil, Menengah, dan Syariah BNI Achmad Baiquni, pembiayaan ini merupakan salah satu program BNI Syariah untuk mendukung program sejuta rumah dengan dukungan subsidi perumahan. Apalagi permintaan pembiayaan Syariah RSh meningkat hingga 30%, terutama untuk masyarakat yang belum pernah memiliki rumah atau memperbaiki rumah pertama mereka.

Subsidi akan diberikan dalam bentuk uang muka untuk menurunkan pagu pembiayaan dengan jangka waktu pembiayaan mencapai 15 tahun. Harga rumah yang akan dibiayai yaitu berkisar antara Rp28 juta dan Rp55 juta. Nilai pembiayaan KPR di BNI Syariah saat ini berkontribusi sebesar 52% dari keseluruhan pembiayaan konsumtif senilai Rp688 miliar.

Minat KPR yang dinilai masih sangat tinggi menjadi peluang besar selagi kebutuhan perumahan masih tinggi, termasuk rencana pembiayaan rusunami (rumah susun sederhana milik). Subsidi yang disalurkan untuk pembiayaan pemilikan rumah syariah merupakan keringanan uang muka untuk golongan I Rp8,5 juta, golongan II Rp11,5 juta, dan golongan III Rp14,5 juta. Adapun untuk subsidi swadaya masing-masing Rp5 juta, Rp7 juta, dan Rp9 juta.

Sementara itu, DPD Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman seluruh Indonesia (Apersi) Jakarta menggandeng Bank Rakyat Indonesia (BRI) untuk mendukung pembiayaan perumahan bagi pengembang. Menurut Ketua DPD Apersi DKI Jakarta Anton R. Santoso, bertambahnya minat perbankan yang ingin membiayai KPR bersubsidi menunjukkan bahwa sektor perumahan mempunyai potensi meskipun kondisi ekonomi belum stabil. Selama ini KPR rumah bersubsidi untuk kalangan menengah ke bawah didominasi oleh Bank Tabungan Negara (BTN). Masuknya BRI ke sektor ini memberikan konsumen banyak pilihan dalam menentukan KPR-nya.

Di samping itu, BRI juga menjalin kerja sama dengan Ciputra Group dalam penyaluran KPR untuk perumahan, ruko, dan rukan. Pembiayaan properti disalurkan di wilayah Jabodetabek, Surabaya, Sidoarjo, Medan, Lampung, Manado, Balikpapan, Samarinda, dan Banjarmasin. BRI menggandeng Ciputra karena Ciputra Group dinilai satu-satunya developer Indonesia yang berskala internasional, yakni telah membangun perumahan di Vietnam dan China. Apalagi pasar Ciputra Group berasal dari semua kalangan, dari kalangan bawah sampai atas. Hal itu sejalan dengan pasar konsumer BRI.

Pada tahun 2008 ini, Ciputra membangun 6.000 unit rumah, dan sebanyak 80% dibiayai melalui program KPR, lebih tinggi dibanding tahun 2007 sebesar 55%. Sebanyak 2.000 dari 6.000 rumah yang dibangun dijual dengan harga di bawah Rp50 juta. Sisanya dijual di atas Rp50 juta. Proyek pembangunan seperti Citra Gran di Cibubur, Citra Indah (Jonggol), Citra Garden (Medan), Citra Garden (Lampung), Perumahan di Manado dan Surabaya.

Tahun 2008 ini PT Jamsostek mengalokasikan dana untuk pinjaman uang muka perumahan (PUMP) bagi 20.000 pekerja sebesar Rp300 miliar. Dana PUMP itu meningkat ketimbang rencana awal sebesar Rp90 miliar untuk 6.000 pekerja. Menurut Dirut Jamsostek Hotbonar Sinaga, dana pinjaman itu diberikan kepada peserta program Jamsostek dengan masa keanggotaan minimal satu tahun. PUMP dari Jamsostek hanya untuk pekerja yang bergaji maksimal Rp4,5 juta/bulan. Pinjaman diberikan maksimum Rp20 juta dengan suku bunga 6%/tahun dan jangka waktu maksimum 10 tahun.

Hingga kuartal I-2008, jumlah dana PUMP dari Jamsostek telah disalurkan kepada 916 peserta Jamsostek senilai Rp8,14 miliar. Penyaluran dana PUMP antara lain melalui BTN dan Bank Syariah Mandiri. Penyaluran PUMP merupakan bagian dari Program Percepatan Pembangunan Perumahan Pekerja untuk Kesejahteraan Pekerja (P5KP).

Menteri Negara Perumahan Rakyat Muhammad Yusuf Asy’ary mengatakan, tahun ini pemerintah mengalokasikan dana untuk subsidi selisih bunga kredit pemilikan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah sebesar Rp800 miliar. Penyediaan lahan untuk perumahan pekerja semakin dibutuhkan tidak hanya untuk menghemat biaya transportasi pekerja, melainkan mengurangi kecelakaan kerja.

Kenaikan harga BBM yang berdampak pada kenaikan suku bunga, cukup mengkhawatirkan perbankan. Suku bunga mempunyai peranan yang sangat penting dalam sektor properti karena memengaruhi baik sisi penawaran maupun permintaan. Konsumen biasanya mengambil kredit dari perbankan untuk membeli properti dengan proporsi kredit 80% dan uang sendiri 20%. Kenaikan suku bunga akan meningkatkan pula cicilan sehingga memengaruhi daya beli konsumen.

Tahun 2007 merupakan tahun emas bagi sektor properti. Turunnya suku bunga telah mendongkrak pertumbuhan sektor properti. Pesatnya sektor ini ditandai dengan tingginya pertumbuhan penawaran dan permintaan properti. Hingga akhir tahun 2007, total unit properti yang tersedia, baik rumah maupun apartemen, mencapai 416.041 unit atau tumbuh 175% dibanding tahun 2006. Dari total unit yang ditawarkan, 79% merupakan properti rumah dan sisanya apartemen. Pertumbuhan penawaran yang tinggi di sektor ini ternyata dibarengi dengan tingginya pertumbuhan permintaan yang mencapai 21%. (AI)


Tidak ada komentar: