Senin, Agustus 25, 2008

Gula

Ada sekitar 200.000 ton gula pasir lokal menumpuk di gudang penyimpanan di seluruh pabrik gula (PG) di Jabar, terutama di Subang, Majalengka, dan Cirebon. Gula lokal itu menumpuk karena tidak laku dijual, sebagai akibat tidak terkendalikannya rembesan gula rafinasi dan gula impor ke pasar-pasar dalam negeri. Menurut Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Jabar Anwar Asmali, kondisi terparah dialami sejumlah pabrik gula di Subang. Besarnya volume gula lokal yang tidak terjual, membuat gula terpaksa disimpan di luar gudang.

Dominasi gula rafinasi atau gula impor membuat gula lokal kian terdesak. Pedagang memilih untuk tidak mengambil gula lokal, tidak hanya di Pulau Jawa melainkan juga di luar Jawa. Akibatnya, gula dari Jawa tidak mengalir ke luar Jawa. Oleh sebab itu APTRI kembali meminta pemerintah segera memberlakukan ketentuan kenaikan bea masuk (BM) impor raw sugar (gula mentah) dan white sugar (gula putih) guna melindungi pasar gula lokal.

Ketua Umum APTRI Arum Sabil mengatakan, pihaknya menyayangkan penundaan pemberlakukan kenaikan BM raw sugar dan white sugar impor. Alasan penundaan karena khawatir terjadi lonjakan harga gula lokal menjelang Idul Fitri tidak beralasan. Pasalnya, hingga saat ini harga gula lokal tidak terpengaruh kenaikan harga gula internasional. APTRI menyadari, saat ini daya beli masyarakat melemah setelah kenaikan harga BBM. Namun, industri gula nasional pun perlu diselamatkan agar tidak terdesak gula impor yang terus dominan.

Saat ini petani tebu dirugikan dengan adanya penundaan pemberlakuan tersebut, sehingga harga lelang gula lokal di bawah HDG (harga dasar gula). APTRI sejak awal telah mengusulkan BM raw sugar dinaikkan dari Rp550 menjadi Rp1.200/kg dan BM white sugar dari Rp790 menjadi Rp1.500/kg. HDG petani tahun 2008 ditetapkan sebesar Rp4.900/kg berdasarkan SK Mendag No.475/M-DAG/4/2008 yang berarti sama dengan tahun 2007. Petani menganggap keputusan tersebut tidak rasional dan bukan cerminan kebijakan yang memberdayakan pelaku usaha. Dengan alasan terimbas kenaikan harga BBM dan efek domino yang ditimbulkan, harga pokok produksi (HPP) juga tereskalasi. Sehingga, mereka berharap harga dasar tidak kurang dari Rp5.300/kg.

Beban petani semakin berat karena harga komoditas agribisnis lain, khususnya beras yang selama ini menjadi pembanding, juga mengalami kenaikan. Sebelum keputusan dikeluarkan, Dewan Gula Indonesia (DGI) melakukan survei biaya produksi pada level petani dengan tujuan agar penetapan harga dasar mencerminkan komitmen pemerintah untuk memberdayakan petani tebu dan pabrikan gula. Survai tersebut, katanya, melibatkan tiga perguruan tinggi negeri yakni Institut Pertanian Bogor (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), dan Universitas Brawijaya (Unibraw).

Di sisi lain, kewajiban BM impor yang lebih tinggi akan meningkatkan pendapatan negara hingga Rp 3 triliun dan dapat memfasilitasi revitalisasi pabrik gula dan meningkatkan kesejahteraan petani. Saat ini, BM impor mencapai Rp550/kg gula mentah dan Rp790/kg gula putih. Konsumsi gula Indonesia secara keseluruhan mencapai 3,1 juta ton pada tahun 2007 sedangakan produksinya hanya 2,4 juta ton. Produksi tersebut diperkirakan mencapai 2,7-2,8 juta ton tahun 2008.

Corporate Secretary PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XI Adig Suwandi mengatakan, hanya dengan kenaikan BM impor gula akan dapat mendongkrak harga gula lokal sekarang ini. Apalagi dengan jatuhnya harga gula milik petani dalam lelang membuat investor berkewajiban membeli seluruh gula petani. Dipastikan, investor dana talangan akan mengalami kesulitan jika harga gula dalam lelang terus turun. Oleh karena itu, produsen juga berharap agar BM impor gula segera diberlakukan agar harga gula lokal bisa naik. Apalagi harga gula dunia dewasa ini masih tergolong murah, yakni sekitar USD407/ton FOB.

Sementara itu, berdasarkan data Depperin, harga gula di pasar internasional mulai bergerak naik sejak Mei 2008. Awal tahun 2008, harga gula di pasar masih USD300/ton. Menurut Direktur Industri Makanan Ditjen Industri Agro dan Kimia Depperin Yelita Basri, harga gula selama beberapa bulan terakhir melonjak 25% lebih mahal daripada sebelumnya. Padahal sebelumnya, harga gula terbilang cukup stabil jika dibandingkan dengan komoditas lain yang sudah naik lebih dulu seperti beras, jagung, dan minyak sawit mentah. Harga gula sebesar USD400/ton itu bisa lebih tinggi lagi kalau ditambah dengan BM gula yang mencapai Rp790/kg. BM gula menjadikan harga gula impor lebih mahal sebesar Rp200/kg.

Persoalan lain yang dihadapi komunitas pergulaan adalah kekacauan dalam pengaturan separasi atau segmentasi pasar gula. Akibatnya, gula rafinasi yang seharusnya hanya untuk industri makanan dan minuman masuk ke pasar ritel yang selama ini menjadi domain gula lokal berbahan baku tebu. Dari sisi volume, ijin impor gula rafinasi yang digunakan oleh industri besar maupun kecil telah mencapai 365 ribu ton, atau masih separuh dari kuota yang ditetapkan.

Sampai Juni 2008, impor gula rafinasi sudah 365 ribu ton. Maksimal impor tahun ini diberikan 680 ribu ton. Gula rafinasi banyak digunakan untuk industri makanan dan minuman baik skala besar maupun kecil. Kedua jenis industri itu membutuhkan sekitar 2,1 juta ton gula rafinasi per tahun. Kebutuhan tersebut dipenuhi oleh dalam negeri sebanyak 1,5 juta ton. Pemerintah berharap, kuota impor gula rafinasi tidak seluruhnya digunakan. Hal ini bertujuan untuk mulai mengoptimalkan produksi gula rafinasi nasional yang berlebih.

Saat ini semua PG di Indonesia melaksanakan giling, sehingga harga gula yang stabil rendah kurang memberikan gereget bagi upaya peningkatan produktivitas dan gerakan nasional menuju swasembada. Tidak bergeraknya harga gula lokal sangat mungkin dipengaruhi stok. Melimpahnya stok dalam negeri lebih banyak bersumber tidak efektifnya larangan memperdagangkan gula rafinasi, yang seharusnya hanya untuk bahan baku industri, tetapi dalam praktik ditransaksikan sebagai kompetitor gula lokal berbahan baku tebu. Gula rafinasi berasal dari dua sumber, yakni produksi lokal berbahan baku raw sugar impor dan impor langsung saat harga gula dunia murah.

Menurut Direktur Bina Pasar dan Distribusi Ditjen Perdagangan Dalam Negeri Departemen Perdagangan Gunaryo, harga rata-rata nasional untuk gula mencapai Rp6.000 dan sejauh ini stok juga masih aman. Hal tersebut dikarenakan saat ini musim giling di beberapa daerah sudah terjadi. Turunnya harga gula itu diakibatkan kelebihan pasokan selama musim giling dan harga di tingkat petani bisa mencapai Rp5.000/kg. (AI)


1 komentar:

AMISHA mengatakan...

Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.

Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.

Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.

Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.

Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut