Senin, November 24, 2008

Aspal

Pemerintah, dalam hal ini Departemen Pekerjaan Umum berharap harga aspal kembali turun menjadi Rp4.000/kg terkait turunnya harga BBM menjadi di bawah USD80/barel. Direktur Bina Teknik Direktur Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum (PU) Danis H Sumadilaga mengatakan, kenaikan harga aspal sempat memukul kontraktor pembangunan jalan karena harga aspal mengalami kenaikan Rp6.000 bahkan mencapai Rp7.000/kg. Hal ini terjadi karena harga aspal di luar negeri mencapai lebih dari USD600/MT yang terjadi berbarengan dengan kenaikan harga BBM internasional yang mencapai USD140/barel.

Saat ini sejumlah kontraktor khususnya di bidang jalan masih mengalami kesulitan dalam membeli aspal dengan harga yang murah sehingga tuntutan untuk eskalasi tetap diminta sampai saat ini. Indonesia dalam tahun 2008 membutuhkan aspal 1,2 juta ton. Sementara Departemen PU sendiri untuk pekerjaan jalan nasional yang menjadi kewajibannya, membutuhkan 600.000 sampai 900.000 ton, sisanya menjadi kewajiban daerah.

Departemen PU belum melaksanakan eskalasi harga aspal sekalipun ada kecenderungan terjadi kenaikan harga dalam dua bulan belakangan. Diharapkan semua kontraktor terutama di bidang jalan untuk segera melaksanakan pekerjaan. Direktur Jalan Nasional dan Jembatan Wilayah Barat Departemen PU Hediyanto Husaeni mengatakan, proyek-proyek yang sudah ditenderkan untuk segera dikerjakan agar tidak ada eskalasi biaya materil yang mempengaruhi pekerjaan dan juga kontrak. Sampai saat ini, belum ada rencana perbaikan atau perubahan kontrak, termasuk proyek-proyek yang sudah ditenderkan.

Guna memenuhi perbaikan maupun peningkatan jalan nasional, provinsi, maupun kabupaten, pada tahun anggaran 2008 membutuhkan 1,2 juta ton aspal. Sementara untuk kebutuhan aspal beton, pembangunan jalan di Indonesia mencapai 15 juta ton untuk tahun 2008. Peningkatan jalan merupakan salah satu prioritas pemerintah hal ini ditunjukkan dengan besarnya anggaran yang menjadi prioritas. Dalam membuat aspal beton, sebagian komponennya masih harus di impor yaitu aspal minyak.

Kebutuhan aspal minyak untuk pembangunan jalan nasional pada tahun 2008 mencapai 900 ribu ton, ditambah dengan jalan kabupaten dan kota akan ada penambahan 300-400 ribu ton, sehingga secara keseluruhan kebutuhannya mencapai 1,2 juta ton. Namun, sebagian kebutuhan tersebut masih harus diimpor sebesar 600 ribu ton. Pasalnya kemampuan produksi pertamina hanya sebesar 600 ribu ton. Aspal beton tersebut merupakan campuran aspal minyak yang dicampur batu, pasir, dimasak dalam alat Asphalt Mixing Plant (AMP), perkiraannya produksi aspal beton 1,5 juta ton, atau sekitar 900 ribu ton aspal cair.

Sebelumnya, mulai Agustus 2008, Pertamina akan menghentikan produksi aspal karena Kilang Cilacap memasuki masa perawatan. Menurut Direktur Niaga dan Pemasaran PT Pertamina (Persero) Achmad Faisal, kilang Cilacap memproduksi aspal 600 ribu ton. Karena itu, selama Kilang Cilacap memasuki masa perawatan Pertamina akan mencari impor aspal untuk memenuhi kebutuhan domestik. Dalam jangka panjang, Pertamina berniat menurunkan produksi aspalnya, karena pihaknya didorong menyerahkan laba dividen lebih tinggi. Aspal merupakan produksi sampingan Kilang Cilacap. Produksi utama kilang minyak berkapasitas 350 ribu barel/hari adalah premium dan kerosene (minyak tanah).

Saat ini harga aspal di pasar regional dan internasional lebih rendah dari harga BBM. Kilang-kilang di seluruh dunia lebih senang menjual BBM dari pada aspal, sehingga produksi aspal turun. Penurunan produksi aspal Pertamina diiringi dengan peningkatan produksi BBM dalam rangka menambah laba. Akibatnya, sejumlah proyek infrastruktur di Indonesia terancam kekurangan aspal akibat minimnya pasokan. Hal ini dapat memacu kenaikan harga aspal dan mendorong agen untuk membeli aspal di pasar gelap Singapura yang kualitasnya kurang baik.

Data yang dicatat PT Buton Asphalt Indonesia (BAI) menyebutkan, harga aspal minyak produksi PT Pertamina saat ini mencapai rata-rata Rp5.500/kg atau Rp5,5 juta/ton. Bila diasumsikan bahwa harga aspal minyak impor sama dengan aspal minyak dalam negeri yang diproduksi PT Pertamina, maka setiap tahun Indonesia harus membuang devisa sebesar Rp3,5 triliun lebih untuk mengimpor aspal minyak sebanyak 700 ribu ton. PT BAI sejak tahun 2003 telah membangun dua pabrik pengolahan aspal Buton di Kabungka, Pulau Buton dengan investasi Rp20 miliar yang menghasilkan aspal butiran sebanyak 18 ribu ton/tahun.

Karena berbagai keterbatasan, penggunaan aspal Buton dalam konstruksi jalan memang belum bisa menggantikan 100% aspal minyak karena produk asbuton (aspal Buton) yang dipasarkan BAI saat ini masih dalam bentuk butiran. Namun dari hasil kajian ilmiah yang telah berulangkali dipraktikkan baik di dalam maupun luar negeri, khususnya China, ternyata kualitas aspal minyak akan sangat bagus bila dicampur dengan aspal buton. Campuran aspal minyak dan aspal buton dengan perbandingan 80:20 akan menghasilkan kualitas jalan aspal yang terbaik.

Apabila 20% saja dari kebutuhan aspal minyak nasional yang berjumlah 1,2 juta ton itu atau sejumlah 240.000 ton bisa digantikan oleh aspal Buton, maka Indonesia bisa menghemat devisa hampir Rp1 triliun/tahun. Angka itu diperoleh dari 240.000 ton dikalikan harga aspal minyak di pasaran dalam negeri Rp5.500/kg sama dengan Rp1,32 triliun dan dikurangi harga aspal Buton yakni 240.000 ton dikali Rp1,7 juta/ton atau Rp408 miliar maka penghematan devisa bersih adalah Rp912 miliar.

Melihat potensi aspal Buton yang sangat besar dan hasil kajian ilmiah yang menunjukkan kualitas aspal Buton yang tinggi sebagai bahan pencampur aspal minyak, membuat Gubernur Sulawesi Tenggara Nur Alam terjun langsung menjajakan komoditi ini. Cadangan aspal di Buton sekitar 650 juta ton dengan kadar Aspal 10%-40%. Aspal alam tersebut terletak hanya 1,5 m di bawah permukaan tanah. Lokasi penambangan aspal di Pulau Buton terletak di Waisiu, Kabungka, Winto, Wariti, Lawele, dan Epe dengan luas areal sekitar 70 ribu ha yang membujur dari Teluk Sampolawa di sebelah selatan sampai Teluk Lawele di sebelah utara.

Sultra kini mampu memproduksi aspal Buton butiran sebesar 18.000 ton/bulan, namun yang laku di pasaran baru sekitar 7.000 ton/bulan, sebanyak 5.000 ton di antaranya diekspor ke China. Aspal butiran yang diproduksi PT BAI itu dijual dengan harga Rp1,7 juta/ton atau Rp1.700/kg, sedangkan harga aspal minyak saat ini telah mencapai Rp5.500/kg. Aspal alam Buton akan meningkatkan kualitas aspal minyak dalam sistem pencampuran panas (hotmix) pada konstruksi jalan nasional dan provinsi dengan mencampurkan 20% aspal Buton ke dalam aspal minyak saat diproses dalam mesim penyampur AMP. (AI)


Tidak ada komentar: