Senin, November 10, 2008

Beras

Menteri Pertanian Anton Apriyantono mengatakan, pemerintah akan mendorong peningkatan produksi beras berkualitas tinggi, antara lain beras organik untuk mendukung rencana ekspor beras tahun 2009. Sementara itu, jenis beras yang dikonsumsi mayoritas masyarakat, seperti beras jenis IR, lebih diutamakan untuk penguatan cadangan beras dalam negeri. Upaya tersebut sebagai bagian dari langkah pemerintah menerapkan pengamanan neraca pembayaran dan menggenjot ekspor sebagai antisipasi krisis finansial global.

Sebelumnya Dirut Bulog Mustafa Abubakar khawatir dengan ancaman terhadap realisasi rencana ekspor beras akibat turun drastisnya harga beras di pasar global. Tingginya harga pembelian pemerintah (HPP) beras dikhawatirkan akan membuat harga beras di dalam negeri lebih tinggi dari harga beras internasional. Untuk itu Deptan diharapkan berupaya lebih keras lagi meningkatkan kualitas gabah maupun kualitas beras petani. Beras berkualitas tinggi akan mampu bersaing di pasar internasional.

Stok beras yang saat ini di gudang Bulog cukup untuk konsumsi sampai enam bulan ke depan. Jumlah beras yang masuk ke gudang Bulog sampai pada hari ini mencapai 1,8 juta ton, sehingga total realisasi pengadaan beras sampai hari ini mencapai 2,8 juta ton. Dengan demikian, ketersediaan beras pada tahun 2008 ini tidak akan berpengaruh pada kemungkinan adanya kekeringan maupun banjir. Amannya stok beras dalam negeri juga karena ketatnya pengamanan impor beras ilegal karena adanya disparitas harga beras dengan negara tetangga. Impor beras saat ini masih dibatasi dan perdagangan beras di daerah perbatasan pun diawasi dengan ketat.

Dari Kepulauan Riau (Kepri) diberitakan Bulog Divisi Regional Riau Kepri menjamin stok beras untuk daerah ini untuk tiga bulan ke depan dalam kondisi aman dan terkendali. Begitu juga dengan beras untuk bencana alam senantiasa siaga di gudang Bulog. Oleh karena itu, masyarakat tidak perlu khawatir kekurangan beras hingga awal tahun mendatang. Menurut Kepala Bulog Divre Riau-Kepri Husin Harahap, saat ini stok beras yang ada mencapai 13 ribu ton, yang diprediksi bisa tercukupi hingga bulan Desember 2008 mendatang.

Untuk harga pendistribusian masing-masing antara Rp6.000/kg sampai Rp7.000/kg, prioritas utama yang dijaga Bulog adalah untuk peredaran di pasar-pasar tradisional dengan pertimbangan banyak masyarakat yang membeli beras tersebut di pasar-pasar tradisional, sehingga masyarakat membeli beras tersebut sesuai dengan harga standar yang ditetapkan Bulog. Untuk beras yang akan digunakan masyarakat yang tertimpa bencana alam juga tersedia dalam jumlah memadai dan siap dikeluarkan dan disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkannya. Untuk beras cadangan bencana alam ini ada dua katagori masing-masing dari gubernur tersedia sebanyak 200 ton, sedangkan dari bupati/wali kota sebanyak 100 ton.

Perum Bulog memperkirakan tahun 2009 masih dibutuhkan beras impor sekitar 400 ribu ton. Jumlah itu berdasar hitungan stok saat ini dan angka ideal stok beras. Stok beras nasional dinilai aman pada angka 2 juta ton. Saat ini stok beras sebanyak 1,613 juta ton. Setelah dipotong program beras untuk rakyat miskin tahun ini diperkirakan masih tersisa stok sekitar 1,2 juta ton pada tahun 2009. Untuk tahun 2008 ini, dari rencana impor beras 1,5 juta ton sesuai izin, sudah terealisasi 981,5 juta ton sisanya dalam perjalanan. Namun masih ada 105 ribu ton beras impor yang belum ada kontraknya sehingga perlu kontrak baru.

Dalam upaya membantu masyarakat miskin membeli beras, Perum Bulog mengembangkan warung desa (wardes). Rendahnya daya beli masyarakat miskin membuat mereka kesulitan menebus beras untuk rakyat miskin (raskin) dengan jatah 15 kg/keluarga, meski harga raskin Rp1.600/kg. Dengan adanya wardes, masyarakat bisa membelinya secara mengangsur dalam beberapa kali pembelian. Saat ini di seluruh Indonesia terdapat 152 proyek percontohan wardes dengan total dana Rp1,2 miliar. Pada November 2008 akan dievaluasi keefektifan program tersebut. Selanjutnya, pengembangannya akan melibatkan pemda, khususnya dalam pendanaan.

Alokasi raskin merupakan 95% dari total pengadaan sekitar 3,44 juta ton, dengan sasaran penerima manfaat sekitar 19 juta rumah tangga miskin atau diperkirakan mencakup lebih dari 76 juta jiwa. Distribusi raskin harus memenuhi lima unsur, yakni tepat sasaran, tepat jumlah, waktu, harga, dan administratif. Untuk mencegah penyimpangan, Perum Bulog membuat kemasan karung 15 kg agar tidak dibuka sebelum sampai ke keluarga miskin. Bulog membiayai distribusi hingga ke titik distribusi. Dari titik distribusi ke penerima manfaat, merupakan tanggung jawab Pemda.

Pemerintah menetapkan target produksi beras tahun 2009 sebesar 40 juta ton, naik sekitar 4 juta ton dari perkiraan produksi tahun 2008. Direktur Jenderal Tanaman Pangan Departemen Pertanian Sutarto Alimoeso mengatakan, apabila target produksi beras tahun 2009 tercapai, Indonesia bisa segera mengekspor beras. Kalaupun nantinya harga beras di pasar internasional lebih rendah dari harga beras produksi dalam negeri, Sutarto meminta agar pemerintah tidak segan-segan memberikan subsidi ekspor. Kebijakan itu harus ditempuh agar petani tetap semangat menanam padi. Meski nantinya produksi beras melimpah, mereka tidak akan takut lagi terjadi kejatuhan harga.

Ketua Dewan Pertimbangan Organisasi Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Siswono Yudo Husodo mengingatkan, pemerintah jangan terlalu bangga dengan angka kenaikan produksi beras. Peningkatan produksi beras tahun 2007 dan tahun 2008 rata-rata 4%, bukan semata keberhasilan program pemerintah seperti bantuan benih dan subsidi pupuk. Akan tetapi, juga dipengaruhi naiknya harga beras di pasar dunia dan domestik yang mendorong petani giat menanam padi.

Kondisi tahun 2009 masih harus dicermati lagi. Jika harga beras naik, HKTI optimistis target produksi akan tercapai. Mengacu pada optimisme tersebut, pada 17 Oktober 2008 lalu Deptan membuat kesepakatan dengan para kepala dinas pertanian di tingkat provinsi. Dalam ”Pertemuan Yogyakarta” itu disepakati target produksi beras tahun depan sebanyak 40 juta ton atau setara 63,5 juta ton gabah kering giling (GKG). Produksi sebanyak itu akan dihasilkan dari pertanaman padi pada lahan seluas 12,69 juta ha dengan luas panen 12,4 juta ha dan produktivitas 5,1 ton/ha. Luas tanam 12,69 juta ha itu naik 100.000 ha dibanding tahun 2008. Luas pertanaman padi hibrida akan ditingkatkan dari 300.000 ha menjadi 500.000 ha. (AI)


Tidak ada komentar: