Jumat, Oktober 24, 2008

Apa kabar gerhan?

Departemen Kehutanan memastikan target penanaman program Gerakan Nasional Rehabilitasi Lahan (Gerhan) tahun 2007-2008 seluas 2,9 juta ha tidak akan tercapai. Menurut Dirjen Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial (RLPS) Dephut Sunaryo, dari Rp8,5 triliun anggaran yang diajukan untuk Gerhan 2008, hingga saat ini Dephut baru menerima Rp325 miliar dengan target penanaman tahun 2008 mencapai 1,7 juta ha.

Pada Juni 2008 lalu Dephut telah menyerahkan dana Gerhan 2007 kepada 32 provinsi di Indonesia senilai Rp5,7 triliun. Rincian pembagian dana yang bersistem multitahun tersebut dari tahap pembibitan (pada musim kemarau) dan penanaman (mulai Oktober), serta pemeliharaan hingga tahun 2009 di setiap daerah ditentukan dari kemampuan menanam, potensi penghasilan, dan nilai kerusakan pada daerah aliran sungai (DAS) di wilayah masing-masing. Saat ini terdapat 62 DAS Prioritas I yang mengalami kerusakan di seluruh Indonesia. Target pelimpahan dana anggaran yang diserahkan diperuntukkan bagi 900.000 ha.

Penanaman Gerhan 2008 maupun rencana 2009 tetap akan dilanjutkan. Pasalnya, kondisi lahan kritis di Indonesia semakin memprihatinkan. Laju degradasi lahan yang terus meningkat setiap tahun harus diimbangi dengan upaya rehabilitasi atau penanaman yang semakin gencar. Untuk menutup kekurangan anggaran penanaman tahun 2008, Dephut sudah mengajukan penggunaan sisa anggaran lebih (SAL) Dephut tahun sebelumnya sekitar Rp2,5 trliun rupiah. Selain itu, Dephut juga sudah mengajukan penggunaan dana cadangan DR (dana reboisasi) yang saat ini tersedia sebesar Rp5 triliun rupiah.

Pemerintah menargetkan penanaman Gerhan akan menjangkau lahan kritis di seluruh Indonesia seluas 5 juta ha selama tahun 2003-2009. Sampai saat ini Dephut bekerja sama dengan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) baru menyelesaikan audit untuk Gerhan periode 2003-2006. Dari hasil audit ditemukan keberhasilan penanaman mencapai 73%. Audit dilakukan di 300 satuan kerja (satker) Gerhan. BPKP melakukan audit di satker yang berada di wilayah pemerintah kabupaten dan provinsi. Audit yang dilakukan baru pada realisasi tanam, tidak sampai menyentuh manfaat keseluruhan pelaksanaan Gerhan.

Sementara itu rencana Dephut menambah target perluasan Gerhan seluas 1,9 juta ha pada tahun 2009 mendapat catatan kritis dari komisi IV DPR. Pasalnya, bertambahnya target luasan tersebut akan menyedot anggaran negara hingga Rp12 triliun. Kalangan DPR menilai, realisasi penanaman Gerhan 2008 saja masih belum tercapai. Menurut Menhut, realisasi Gerhan untuk tahun 2008 masih banyak terkendala oleh terlambatnya anggaran yang seharusnya dipakai untuk pengadaan bibit maupun penanaman. Dari tingkat keberhasilan, Dephut mengklaim lebih dari 70% kegiatan Gerhan rata-rata mencapai keberhasilan sebesar 80%.

Menurut Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Suswono, banyaknya permasalahan program Gerhan tidak bisa dibiarkan berlarut-larut. Disarankan agar dilakukan audit program Gerhan yang telah berjalan dari tahun 2003. Dephut menyatakan, keberhasilan Gerhan rata-rata 80%, sedangkan LSM memiliki penilaian sekitar 40% saja. Komisi IV juga meminta agar Dephut memprioritaskan penanaman di daerah tangkapan air (catchment area) agar wilayah tangkapan air dapat segera direhabilitasi dan nantinya dapat bermanfaat bagi irigasi pertanian.

Dari Sumut dikabarkan Proyek Gerhan di Samosir sistem multi years tahun 2007 sampai tahun 2008 ini diduga dikerjakan secara asal-asalan. Proyek multi years sistem itu terbagi atas beberapa blok di Samosir, di antaranya Sihotang tiga blok, Pusuk Buhit satu blok, dan Simanindo dua blok. Setiap blok pekerjaan itu berbiaya antara Rp1,3 miliar sampai Rp1,6 miliar. Menurut ketua relawan pejuang demokrasi Catur Sihotang, di sekitar blok Sihotang ada 3 blok berbiaya hampir Rp4 miliar yang bibit pohonnya tidak tumbuh. Padahal proses pembayaran dilakukan jika bibit dinilai sudah tumbuh.

Sementara itu Program Gerhan seluas 1.000 ha di Kabupaten Klungkung tak jelas. Hingga September 2008 belum ada kepastian pelaksanaan program tersebut. Bibit sebanyak 400 pohon yang dirancang untuk 1 ha lahan juga tak jelas kapan pengirimannya. Rencananya, Gerhan 2008 menyasar 1.000 ha lahan kering dan tandus di wilayah Nusa Penida. Jumlah bibit yang ditanam berupa mahoni, cempaka dan lainnya, mencapai 400 pohon/ha. Sekitar 400 ribu pohon dikirim dari pusat. Gerhan di Klungkung terakhir berjalan tahun 2007 dengan luas lahan yang disasar mencapai 115 ha.

Pelaksanaan Gerhan 2008 di NTT mengorbankan kawasan hutan. Proyek yang bertujuan untuk merehabilitasi lahan kritis itu justru menyebabkan hutan seluas 700 ha dibakar warga untuk ditanami kembali dengan pohon bernilai ekonomis. Hutan itu terletak di 3 desa, yaitu Desa Linamnutu, Miomafu dan Pollo yang tersebar di Kecamatan Batu Putih dan Amanuban Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), NTT. Hutan bambu, pohon kayu putih, kusambi, jati hutan, dan berbagai jenis pohon yang tumbuh di areal seluas 700 ha habis dibakar. Untuk pelaksanaan Gerhan (termasuk membersihkan hutan, memasang patok, menggali lubang, dan menyemai bibit), masyarakat mendapat upah Rp15.000-Rp20.000/orang/hari. Dari tiap desa direkrut 30-50 orang untuk proyek ini.

Kabar gembira datang dari Kulon Proga, selama 3 tahun terakhir, lahan kristis di wilayah tersebut mengalami penurunan seluas 700 ha. Dari 7.396,2 ha pada tahun 2005, pada tahun 2007 berkurang menjadi 6.696,2 ha atau sekitar 9,4 %. Diperkirakan, setiap tahun lahan kritis akan mengalami penurunan sebagai hasil konsevasi dan rehabilitasi yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat. Hal ini merupakan salah satu hasil dari pelaksanaan Gerhan yang dicanangkan sejak tahun 2003. Gerhan memiliki pengaruh cukup besar untuk memotivasi masyarakat dalam melakukan konservasi dan rehabilitasi lahan.

Saat ini, di Kulon Progo terdapat 44 kelompok tani (Klomtan) yang mengelola lahan seluas 1.100 ha. Seluruh areal berada di kawasan Pebukitan Menoreh meliputi 7 kecamatan, yakni Kecamatan Samigaluh, Kalibawang, Girimulyo, Nanggulan, Sentolo, Kokap, dan Pengasih. Luas areal yang tergarap itu masih relatif sedikit dibanding luas hutan rakyat di Kulon Progo yang mencapai 17.031 ha, dengan lahan potensi kritis seluas 8.864 ha. Keberhasilan pemeliharaan tanaman oleh masyarakat sangat bagus. Dari hasil monitoring tim Satgas Gerhan Provinsi DIY dinyatakan bahwa angka pertumbuhan tanaman di areal pelaksanaan Gerhan untuk jenis kayu-kayuan mencapai 87,28 % dan MPTS 84,19 %. (AI)


Tidak ada komentar: