Rabu, Oktober 29, 2008

Penerbangan haji

Penerbangan jamaah haji Indonesia pada musim haji 2008/2009 ini akan dimulai pada tanggal 5 November hingga 2 Desember 2008, sedangkan masa pemulangan akan berlangsung sejak tanggal 13 Desember 2008 hingga 9 Januari 2009. Pada pemberangkatan nanti, Garuda Indonesia - maskapai nasional yang ditunjuk untuk memfasilitasi - akan mengangkut 107.465 jamaah yang tergabung dalam 302 kelompok terbang (kloter) dari sembilan embarkasi.

Kesembilan embarkasi itu antara lain embarkasi Banda Aceh 3.669 jamaah (14 kloter), Padang 7.247 jamaah (27 kloter), Palembang 7.418 jamaah (28 kloter), Jakarta 22.152 jamaah (49 kloter), Solo 33.384 jamaah (83 kloter), Surabaya 10.021 jamaah (22 kloter), Banjarmasin 4.709 jamaah (17 kloter), Balikpapan 5.306 jamaah (20 kloter), dan Makassar 13.559 jamaah (42 kloter).

Menurut Kepala Komunikasi Perusahaan Garuda Pujobroto, untuk mengangkut jamaah haji musim ini Garuda mengoperasikan sedikitnya 14 pesawat berbadan lebar, terdiri dari empat pesawat jenis Boeing 747, tujuh pesawat Boeing 767, dan tiga pesawat Airbus A-330. Awak kabin yang akan ditugaskan untuk mengawal jamaah dalam penerbangan haji tahun 2008/2009 ini berjumlah 692 orang, terdiri dari 172 awak kabin reguler Garuda dan 520 awak kabin musiman yang direkrut dari daerah embarkasi. Banyaknya awak kabin musiman merupakan salah satu bagian strategi pelayanan Garuda untuk mengatasi kendala komunikasi, mengingat sebagian besar jamaah hanya mampu berbahasa daerah masing-masing.

Besaran Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH) tahun 1429 H/2008 mengalami kenaikan dan besarannya telah disetujui oleh Presiden. BPIH tahun 2008 ini mengalami kenaikan yang disebabkan oleh naiknya tarif penerbangan sebagai akibat naiknya harga minyak dunia. Komponen BPIH 1429 H terdiri dari biaya penerbangan sebesar USD1,859 (54%), biaya operasional di Arab Saudi termasuk living cost USD1,528 (44,4%) dan biaya operasional dalam negeri Rp501.000 (1,6%).

Secara total biaya haji tahun 2008 ini mengalami kenaikan yang cukup signifikan, sekitar USD450 atau kurang lebih Rp4,4 juta pada setiap embarkasinya. Menurut Direktur Jenderal Penyelenggara Haji dan Umroh Departemen Agama Slamet Riyanto, angka tersebut merupakan hasil kesepakatan dengan pihak maskapai penerbangan yang akan mengangkut para jamaah haji pada tahun 2008 ini. Pemerintah telah melakukan perubahan besaran BPIH dari sistem zona ke sistem embarkasi yang lebih proporsional dengan mempertimbangkan jarak tempuh penerbangan dari setiap embarkasi ke Jeddah atau Madinah. Dengan demikian biaya penerbangan setiap embarkasi akan berbeda.

Misalnya, jika dari Banda Aceh dan Padang kenaikan biaya penerbangan haji mencapai USD422.55, dari USD1,307.50 menjadi USD1,730. Dari Medan dan Batam, kenaikan biaya penerbangannya mencapai USD456.5 atau menjadi USD1,764. Sementara dari Palembang dan Solo, kenaikannya mencapai USD440.5 yaitu dari USD1,410.50 menjadi USD1,851. Biaya tersebut sudah termasuk biaya airport tax.

Kenaikan harga tiket pesawat memang tidak dapat dihindari. Berdasarkan data asosiasi penerbangan internasional (International Air Transport Association/IATA), industri penerbangan internasional telah kehilangan pendapatan hingga USD5,2 miliar sepanjang tahun ini. Hal itu terutama disebabkan tingginya kenaikan harga minyak dunia dalam beberapa waktu terakhir. Di samping itu menurunnya jumlah permintaan penumpang pesawat juga menjadi faktor utama kehilangan pendapatan tersebut. Di Indonesia, perusahaan penerbangan yang merupakan anggota adalah Garuda Indonesia. Akibat tingginya harga avtur, sejumlah maskapai menaikkan harga fuel surcharge sehingga harga tiket yeng dibebankan kepada penumpang pun makin tinggi dari sebelumnya.

Menurut CEO/Director General IATA Giovanni Bisignani, harga avtur sejak melambungnya minyak dunia melampaui USD140/barel. Akibat kenaikan ini, industri penerbangan harus mengalokasikan dana sebesar USD186 miliar untuk belanja avtur tahun 2008 ini. Dampaknya, kebutuhan bahan bakar melonjak menjadi 36% dari total biaya operasional, atau naik 13% dibanding tahun 2002. Sementara itu, permintaan penumpang turun sekitar 1,9% dibanding tahun 2007. Dengan bertambahnya kapasitas hingga 3,8%, load factor atau tingkat isian penumpang justru turun menjadi hanya 79,9% dibanding tahun 2007.

Secara perlahan namun pasti, krisis finansial global juga mulai berdampak pada perusahaan penerbangan. Untuk menekan harga dan kapasitas usaha, beberapa perusahaan penerbangan melakukan revisi jadwal penerbangan. Salah satu korbannya adalah maskapai British Airways. Maskapai ini mengalami penurunan sekitar 8,6% di tarif premium dan 4,1% di tarif nonpremium dibanding bulan September 2008 lalu. Saat ini British Airways menjalankan 10 penerbangan setiap harinya dengan tujuan dua pusat finansial dunia, yakni London dan New York.

Asosiasi Penerbangan Asia Pasifik (The Association of Asia Pacific Airlines/AAPA) memaparkan, pelemahan jumlah penumpang merupakan tantangan terbesar di sektor usaha ini. Jangka waktu 12 hingga 18 bulan ke depan merupakan masa sulit bagi maskapai dan beberapa maskapai tidak akan bertahan. Untuk meningkatkan kembali permintaan, maskapai bisa memotong kapasitas melalui pengurangan jumlah penerbangan, menggunakan pesawat kecil, dan memotong harga tiket. Di AS, sejumlah maskapai menambah dan memotong kapasitas dan mencoba untuk mengatur hal-hal tersebut.

Di dalam negeri, kekhawatiran juga mulai menghinggapi perusahaan penerbangan lokal. Mandala Airlines mulai berhitung untuk menekan ongkos operasional. Salah satunya, dengan menerbangkan pesawat Airbus. Mandala berencana tidak akan mengoperasikan pesawat tipe Boeing B 737-400. Sementara itu, Batavia Air juga tengah mengkaji kegiatan operasional lantaran semuanya harus diongkosi dengan mata USD. Cara yang harus ditempuh oleh Batavia Air adalah dengan mengevaluasi pembelian pesawat.

Namun, kekhawatiran ini justru ditepis oleh Lion Air. Dari sisi penerbangan domestik belum ada perubahan baik dari jumlah penumpang sehingga Lion tidak perlu merasa khawatir dengan beban operasional yang dikeluarkan rutin untuk pemeliharaan pesawat. Sampai saat ini pasar penerbangan domestik dan luar negeri Lion Air masih dalam keadaan normal. Optimisme ini juga datang dari Menteri Perhubungan Jusman Syafii Djamal yang mengatakan, maskapai penerbangan nasional sudah mempunyai pengalaman, sehingga tidak timbul kekhawatiran perusahaan maskapai penerbangan bakal kolaps. (AI)


Tidak ada komentar: