Jumat, Oktober 17, 2008

Pariwisata perlu perbaikan infrastruktur

Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar) Jero Wacik mengatakan, perolehan kunjungan 2,902 juta wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia selama semester I/2008 merupakan pertanda baik, mengingat pada semester II biasanya wisman akan meningkat tajam seiring dengan masuknya musim liburan, sehingga target 7 juta wisman pada akhir Desember 2008 bakal tercapai. Angka 2,902 juta wisman ini lebih tinggi 11,66% dibanding semester I/2007.

Untuk mencapai target 7 juta wisman tersebut, pemerintah melakukan sejumlah kegiatan promosi. Sejumlah langkah yang dilakukan pemerintah yakni fokus pada sembilan negara yang dianggap sebagai pasar paling potensial. Negara-negara yang dimaksud adalah Singapura, Malaysia, Jepang, Korea Selatan, India, Jerman, China, Eropa, dan Timur Tengah. Di samping itu, Depbudbar juga akan melakukan intensifikasi pemasaran dan promosi melalui kerja sama dengan pihak lain seperti bank, asosiasi perjalanan, maskapai penerbangan dan lain-lain.

Pemerintah juga sedang dalam proses penambahan jaringan kantor perwakilan di lima negara sebagai bagian dari upaya peningkatan promosi dan pemasaran. Sebelumnya, kantor perwakilan pariwisata Indonesia hanya terdapat di tiga negara, yakni Jepang, China, dan Australia. Namun, dengan melihat kebutuhan di pasar, jumlah kantor perwakilan akan ditambah di Singapura, Malaysia, Korea Selatan, India, dan Eropa.

Direktur Promosi Luar Negeri Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (Depbudpar) I.G. Pitana mengatakan, Depbudpar juga akan menggiatkan kembali cross border program dengan tujuan untuk menarik wisatawan dari negara-negara tetangga dengan memanfaatkan potensi di daerah perbatasan. Namun, pemerintah masih menghadapi sejumlah kendala utama yakni ketersediaan infrastruktur dasar, aksesibilitas, dan dana. Infrastruktur yang ada masih belum memadai sebagai pelengkap obyek wisata yang patut diandalkan.

Saat ini daerah yang menjadi favorit tujuan wisata adalah Bali. Oleh karena itu, pengembangan Bali ke depan akan memberikan kontribusi yang semakin besar terhadap pembangunan pariwisata nasional, dengan harapan mampu meningkatkan perolehan devisa negara. Gubernur Bali Drs Made Mangku Pastika mengatakan, pemerintah pusat seyogyanya lebih memerhatikan serta memelihara dan membangun insfrastruktur yang memadai di Bali. Untuk itu pemerintah pusat diharapkan lebih besar menyediakan dana alokasi khusus (DAK) untuk Bali dalam tahun 2009.

Keberadaan sumber pendapatan daerah dalam era otonomi daerah harus mendapat perhatian yang serius seperti halnya pendapatan asli daerah (PAD) yang bersumber dari perusahaan daerah dan sumber-sumber potensial lainnya. Gubernur Bali sependapat untuk melakukan restrukturisasi terhadap permodalan unit usaha maupun manajemen, sehingga perusahaan daerah yang ada mampu memberikan kontribusi yang lebih baik terhadap PAD.

Berkembangnya pariwisata Bali telah mendorong Pemkab Sumenep, Madura, Jawa Timur, ingin secepatnya mewujudkan rute penerbangan segitiga pariwisata, yakni Surabaya-Sumenep-Bali pulang pergi (pp), dengan harapan pariwisata Sumenep akan ikut terdorong. Salah satu keluhan yang sering diungkapkan wisman ketika berkunjung ke Sumenep adalah lamanya perjalanan dari Surabaya, yang memakan waktu sekitar enam jam.

Kendala infrastruktur juga terjadi di Provinsi Lampung. Fasilitas umum di obyek-obyek wisata belum memadai. Apalagi, promosi serta publikasi masih kurang gencar dan sangat minim. Di samping itu, pengemasan paket-paket wisata belum berjalan secara optimal dan pemasarannya sangat lemah juga kemitraan antara stakeholder pariwisata belum berjalan dengan baik.

Padahal menurut Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Lampung Suryono SW, potensi pariwisata di Lampung sangat besar karena memiliki berbagai obyek wisata yang menarik dan layak jual ke wisatawan. Saat ini Lampung memiliki 153 obyek wisata alam, bahari, agro wisata, wisata sejarah, dan 26 obyek wisata budaya. Obyek wisata alam yang terkenal di antaranya Taman Nasional Way Kambas (TNWK) yang memiliki kekayaan alam berupa satwa Badak Sumatera, Gajah Sumatera, dan aneka kupu-kupu endemik Sumatera. Juga Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) yang terkenal dengan obyek wisata selancar di Lampung Barat.

Juga ada Gunung Anak Krakatau yang masih aktif dan Gunung Krakatau Purba yang memiliki keindahan luar biasa. Bahkan di dasar laut gunung itu mengeluarkan gelembung-gelembung yang diduga berasal dari kawah di bawah laut, juga ada karang kipas serta biota laut yang masih alami. Data Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Lampung menyebutkan, angka kunjungan wisnus setiap tahun terus meningkat. Pada tahun 2005 kunjungan wisnus ke Lampung sebanyak 689.112 orang, tahun 2006 sebanyak 843.768 orang, dan pada tahun 2007 sebanyak 1.176.581 orang. Adapun pada tahun 2009, Lampung yang sudah mencanangkan Visit Lampung 2009 menargetkan jumlah kunjungan wisnus dan wisman naik seratus persen.

Sementara itu, sektor pariwisata Indonesia selain menyumbangkan penerimaan negara yang tahun 2007 lalu mencapai USD5,3 miliar, industri jasa ini juga melibatkan jutaan tenaga kerja di bidang perhotelan, makanan, transportasi, pemandu wisata, sampai industri kerajinan. Namun, secara umum penyerapan tenaga kerja sektor pariwisata tahun 2008 masih stagnan dan belum menunjukkan tanda-tanda bergairah lagi. Meski sudah ada beberapa investor asing dari Arab Saudi, Malaysia, Singapura yang mau menanamkan modalnya di sektor pariwisata, namun hingga kini belum ada realisasi proyeknya.

Arab Saudi akan membangun hotel dan resort di NTB, Malaysia membangun proyek kawasan wisata terpadu eksklusif (KWTE) Treasure Bay Bintan di Pulau Bintan yang sampai kini mengalami hambatan birokrasi di daerah. Sementara pembangunan hotel baru di Jakarta belum ada, hanya ada rehabilitasi hotel lama. Dampaknya, penyerapan tenaga kerja di sektor pariwisata masih stagnan. Dan memang saat ini ada sekitar 8 juta tenaga kerja di sektor pariwisata ini dan sekitar 55% terserap di hotel dan restoran.

Di Jakarta saat ini ada sekitar 40.000 kamar hotel berbintang dan nonbintang. Sementara tingkat huniannya baru mencapai rata-rata 60%. Ini berarti sekitar 18.000 dari 20.000 kamar hotel berbintang dan nonbintang di Jakarta kosong setiap hari. Dengan tingkat hunian hotel yang rendah, pemilik hotel tidak mungkin menambah tenaga kerja. Karyawan tidak dikurangi, namun untuk menekan biaya operasional itu kini ada yang dialihtugaskan untuk menangani bidang food & beverage (F&B), mengingat pendapatan F&B lebih tinggi ketimbang menjual kamar hotel. (AI)

Tidak ada komentar: