Senin, Oktober 20, 2008

Gas

PT Perusahaan Gas Negara (PGN) mulai tahun 2009 membutuhkan tambahan gas minimal 200 juta standar metrik kaki kubik per hari (million metric standard cubic foot per day/MMSCFD) untuk memenuhi bertambahnya konsumen gas di Jawa. Menurut Direktur Utama PT PGN Hendi Prio Santoso, sesuai komitmen dengan konsumen industri, PGN masih mampu memenuhi pasokan gas melalui proyek pemipaan Sumatera Selatan Jawa Barat (South Sumatera West Java/SSWJ). Tetapi untuk permintaan baru, PGN harus mencari gas lagi.

Untuk itu, PGN mengharapkan kewajiban memasok gas ke dalam negeri bisa dilaksanakan. PGN sebagai perusahaan transporter membeli gas dari produsen dan menyalurkannya ke konsumen melalui pipa. Sampai 30 Juni 2008, volume penjualan gas untuk pelanggan industri tercatat 544 MMSCFD atau 98,7% dari total volume penjualan PGN. Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas BP Migas menyebutkan, produksi gas pada September 2008 adalah 7,708 MMSCFD, atau 99,4% dari target yang ditetapkan. Kepala BP Migas Raden Priyono mengatakan, target yang ditetapkan untuk gas pada tahun 2008 ini adalah 7,757 MMSCFD.

Berdasarkan data PGN, pasokan dan permintaan gas sampai enam tahun ke depan semakin tidak berimbang. Permintaan gas terus naik, dari 1.306 MMSCFD tahun 2008 ini menjadi 2.216 MMSCFD pada tahun 2014. Sementara itu pasokan gas dari produsen sekitar 799 MMSCFD tahun 2008 ini dan 773 MMSCFD pada tahun 2014. Tahun 2009, dari rencana 650 juta MMSCFD gas yang bisa dipasok melalui proyek SSWJ, seluruhnya akan diserap oleh konsumen di Jawa Barat.

Peta penjualan gas melalui pipa diperkirakan akan berubah dengan meningkatnya penggunaan gas oleh PT PLN. PGN dan PLN telah mengikat jual beli gas sebesar 273,2 MMSCFD. Gas akan dialirkan bertahap mulai Agustus 2008 sampai tahun 2009 untuk Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Muara Tawar, PLTGU Tanjung Priok, dan PLTGU Cilegon. Di samping itu, PGN dan PLN juga telah menandatangani perjanjian jual beli gas senilai Rp5,65 triliun untuk pasokan gas 30 MMSCFD selama 10 tahun ke PLTGU Cilegon.

PGN merevisi target volume penjualan gas pada tahun 2008 menjadi 600 MMSCFD. Perkiraan itu lebih rendah daripada target awal volume penjualan gas sebesar 716 MMSCFD. Penurunan penjualan gas itu disebabkan tertundanya penyerapan gas oleh pelanggan dan mundurnya penyelesaian beberapa paket proyek distribusi di Jawa Barat. Meski demikian, angka revisi tersebut menunjukkan kenaikan sebesar 42% dari volume pada 2007 yang mencapai 422 MMSCFD. Peningkatan tersebut seiring dengan naiknya volume penjualan gas yang dialirkan melalui pipa transmisi SSWJ.

Hingga saat ini PLN telah membangun 13 PLTGU, namun hanya empat pembangkit yang sepenuhnya mendapatkan pasokan gas setiap hari. Dari kebutuhan gas pada tahun 2009 untuk 13 PLTGU sebesar 1.500 billion british thermal unit (BBTU)/hari, hanya sebesar 889 BBTU yang mampu dipasok pada tahun 2009. Hal tersebut dikarenakan jaringan infrastruktur pipa gas ke pembangkit belum siap. Menurut Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro, pemanfaatan gas alam tidak serta-merta, karena belum ada pembangunan infrastruktur pipa. Pembangunannya bisa membutuhkan waktu 10 tahun dari Sumatera ke seluruh Jawa.

Ketidaksiapan pasokan gas terlihat seperti pada PLTG Tambak Lorok, Semarang dengan kapasitas 1.000 megawatt (MW). Saat ini PLTGU Tambak Lorok baru mendapat pasokan dari lapangan Gundih milik Pertamina sebanyak 50 MMSCFD. Pasokan lain bisa diperoleh dari Blok Cepu, Bojonegoro. Untuk itu dibutuhkan infrastruktur pipa sepanjang 150 km dari Cepu ke Tambak Lorok. Akibatnya pasokan belum mencukup, PLTGU Tambak Lorok masih menggunakan bahan bakar solar dengan high speed diesel (HSD). Sementara itu PLTGU Gresik berkapasitas 1.500 MW membutuhkan gas sebesar 350 BBTU/hari, sedangkan yang mampu dipasok hanya 220 BBTU/hari.

Pemerintah, dalam hal ini Dirjen Migas Departemen ESDM mengusulkan produksi gas dalam asumsi RAPBN 2009 sebesar 7.526 ribu mmbtu/hari atau setara 1,384 juta barel setara minyak/hari. Sementara itu perkiraan produksi gas tahun 2008 adalah 6.402 ribu mmbtu/hari atau 1,117 juta barel setara minyak/hari. Dengan asumsi produksi minyak RAPBN 2009 sebesar 927-950 ribu barel/hari, maka gabungan produksi minyak dan gas mencapai 2,311-2,334 juta barel/hari.

Harga gas Indonesia (Indonesia Gas Price/IGP) dalam RAPBN 2009 diusulkan sebesar USD7,2/mmbtu. Asumsi tersebut merupakan gabungan harga ekspor USD9,8/mmbtu dan domestik USD4/mmbtu. Perhitungan harga gas itu berdasarkan 72 kontrak gas yang terdiri dari 54 kontrak dengan harga tetap, 10 kontrak dengan eskalasi, dan 8 sisanya memakai formula. Contoh harga gas tetap sepanjang kontrak adalah antara Santos Madura Offshore dan PGN Jatim pada USD2,41/mmbtu, sedangkan harga gas dengan eskalasi adalah JOB Pertamina HESS Jambi Merang dengan PLN pada 2,57/mmbtu dengan eskalasi 3%/tahun sampai tahun 2019.

Untuk mengatasi masalah penyaluran dan kelangkaan gas di masyarakat, distribusi gas yang saat ini masih dijual dengan menggunakan tabung, direncanakan akan diubah yaitu dengan menggunakan pipa-pipa yang dihubungkan langsung ke tiap-tiap rumah konsumen. Penyaluran gas melalui pipa ke rumah warga direncakan dilakukan di 4 kota di Kaltim, yaitu Balikpapan, Samarinda, Bontang, dan Tarakan.

Saat ini gas pipa yang siap dibangun ada di Kota Tarakan, Kaltim. Pemda Tarakan sangat mendukung dan pasokan gas pun sudah tersedia karena lapangan eksplorasinya terletak di sekitar kota. Pasokan gas di Kota Tarakan berasal dari perusahaan gas nasional, PT Medco Energi sebesar 1 MMSCFD. Gas itu akan memenuhi kebutuhan 36.000 rumah tangga, atau sekitar 180.000 penduduk Kota Tarakan.

Namun, untuk merealisasikannya dibutuhkan kajian mendalam khususnya dari segi keamanannya, karena gas merupakan bahan yang mudah terbakar sehingga bisa membahayakan masyarakat. Kontrak jual-beli gas akan dilakukan oleh Pemkot Tarakan. Pembangunannya dilaksanakan oleh BUMD. Vice President Relations PT Medco Energi Aditya Mandala menuturkan, gas alam yang rencananya akan memasok gas kota Tarakan sebesar 1 MMSCFD, berasal dari produksi lapangan gas Medco di Tarakan. Produksi lapangan Tarakan mendapat tambahan produksi sebesar 1 MMSCFD pada tahun 2009 nanti.
Produksi gas Medco di Tarakan pada tahun 2009 sekitar 21 MMSCFD. Sekitar 16 MMSCFD untuk Methanol Bunyu, 4 MMSCFD untuk PLN dan keperluan internal Medco. Kontrak jual-beli gas Methanol Bunyu hingga 31 Desember 2010. Sementara itu, kontrak jual-beli pasokan gas Medco ke PLN sampai dengan tahun 2013. (AI)


Tidak ada komentar: