Senin, September 01, 2008

TKI penopang hidup

Menurut Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Jumhur Hidayat, sekitar 30 juta warga Indonesia hidupnya ditopang oleh Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Dengan demikian, para TKI sangat berjasa bagi bangsa Indonesia, khususnya daerah yang ditinggalkannya. Oleh karena itu, pemerintah akan terus meningkatkan pelayanan dan perlindungan bagi TKI. Menurut data BNP2TKI, saat ini terdapat 6 juta penduduk Indonesia yang menjadi TKI dan tersebar di 41 negara.

Selain mengurangi angka pengangguran, TKI juga membantu mengentaskan masyarakat dari kemiskinan. Kalau satu TKI berangkat ke luar negeri, berarti satu pengangguran hilang dan lima orang miskin tercukupi hidupnya, mengingat rata-rata satu TKI menopang hidup lima anggota keluarganya. Oleh karena itu, pemerintah berkomitmen untuk melayani dan melindungi TKI dengan baik. Hal itu diantaranya dengan menyelenggarakan bursa kerja luar negeri di tingkat kabupaten, melaksanakan pelatihan kepada calon TKI di desa-desa, memperbaiki dokumen TKI, dan melindungi TKI selama berada di luar negeri.

Pejabat Konsulat Jenderal Indonesia di Arab Saudi Brymo Alvi Paulinto mengatakan, pemerintah Indonesia membentuk komisi untuk melindungi TKI. Di samping melindungi, komisi tersebut juga bertugas melatih dan memeriksa kesehatan TKI. Komisi tersebut dibentuk untuk melindungi pekerja migran Indonesia dan mengatasi permasalahan mereka. Mereka akan memantau proses rekrutmen, perjalanan, dokumen visa, bahkan menyediakan pelatihan ke luar negeri.

Saat ini tengah terjadi penangguhan pasokan TKI ke Arab Saudi. Penangguhan dilakukan karena kenaikan biaya perekrutan sebesar 40% dan panjangnya proses perekrutan. Komite Nasional Perekrutan Pekerja di Dewan Kamar Dagang Industri Arab Saudi berharap perekrutan TKI bisa berjalan dalam enam bulan. Arab Saudi memiliki kekurangan pasokan tenaga kerja domestik. Berkurangnya jumlah pekerja asal Indonesia dikabarkan memicu krisis pasar tenaga kerja di Arab.

Sementara itu, pengiriman perawat dan tenaga-tenaga terampil dari Indonesia ke luar negeri seperti ke Jepang memperoleh tanggapan positif dari pejabat Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), karena akan mengundang minat lebih banyak orang untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuannya. Direktur Departemen Analisis Pasar Perburuhan dan Ekonomi ILO Jenewa Dr Duncan Campbell dan Direktur ILO Jakarta Alan Boulton mengatakan, pengiriman tenaga tersebut dapat menarik minat orang-orang di Indonesia untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan mereka saat angkatan kerja Indonesia meningkat 14% untuk kurun waktu 2006-2015 dan kelompok yang berpendidikan masuk ke dunia kerja makin tinggi.

Sesuai dengan Persetujuan Kemitraan Ekonomi antara Jepang dan Indonesia (JIEPA) yang berlaku efektif mulai 1 Juli 2008, Jepang merekrut calon perawat dan pengasuh orang jompo dari Indonesia mulai tahun 2008. Setelah mengikuti pelatihan bahasa Jepang selama enam bulan yang dibiayai pemerintah Jepang, mereka dapat bekerja atau melakukan magang di rumah sakit atau panti jompo. Jika mereka berhasil meraih lisensi nasional Jepang selama berada di Jepang, mereka dapat melanjutkan pekerjaan sebagai perawat atau pengasuh orang jompo. Selama dua tahun pertama, Jepang akan menerima maksimal 1.000 orang yang terdiri atas maksimal 400 orang calon perawat dan maksimal 600 orang calon pengasuh orang jompo.

Hingga akhir Juli 2008, Dinas Tenaga Kerja Sulawesi Selatan telah mengirim 1.028 TKI ke 13 negara, dari target program gerakan 2.000 tenaga kerja ke luar negeri. Sementara permintaan TKI dari 13 negara tahun 2008 ini mencapai 6.000 orang. Negara yang menjadi tujuan pengiriman TKI adalah Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Arab Saudi, Taiwan, Hongkong, Australia, Jepang, Afrika Selatan, Korsel, Perancis, Kuwait dan Jerman. Permintaan dari negara-negara tersebut bervariasi. Jepang misalnya, meminta tenaga kerja untuk anak buah kapal dan perawat jompo, Taiwan membutuhkan nelayan, Arab Saudi membutuhkan operator kilang, pengemudi, dan khusus perawat minimal lulusan D3 sebanyak 1.000 orang, sedangkan Australia membutuhkan kru kapal pesiar.

Syarat para tenaga kerja ini harus mempunyai keahlian dalam bidang tertentu, serta menguasai bahasa asing. Australia misalnya mensyaratkan standar TOEFL bahasa Inggris minimal 400. Jepang yang mensyaratkan tenaga kerja menguasai bahasanya. Khusus keahlian tenaga kerja yang akan dikirim ini, pihak Disnaker Sulsel telah bekerja sama dengan Balai Latihan Kerja (BLK) di Panaikang yang telah menyiapkan sejumlah instruktur untuk otomotif, elektro, salon, bahasa dan komputer.

Sementara itu, dalam dua bulan terakhir ini jumlah kiriman uang dari TKI yang bekerja di luar negeri menurun. Menurut Kepala Bidang Pengembangan dan Penempatan Tenaga Kerja Bambang Sugeng, biasanya menjelang Ramadan dan Lebaran kiriman uang meningkat, tapi tahun ini sebaliknya. Ia membandingkan, pada Juni 2008 kiriman uang TKI melalui BNI Kantor Cabang Utama Malang, Bank Buana, Bank BRI Kantor Cabang Utama Kawi, dan BNI Kantor Cabang Pembantu Universitas Brawijaya melebihi Rp55 miliar lebih.

Namun pada Juli 2008, uang kiriman TKI hanya sekitar Rp9 miliar. Mayoritas uang ditransfer melalui BNI KC Malang sebesar Rp6,345 miliar dan sebesar Rp5,565 miliar dikirim TKI yang bekerja di Arab Saudi. Sisanya dikirim melalui Bank BRI cabang Kawi sebesar Rp90 juta dan BNI KCP Universitas Brawijaya. Yang lebih mengherankan lagi, jumlah uang kiriman TKI menurun drastis pada Agustus 2008. Hanya ada Rp71,87 juta uang yang ditransfer Bank BRI KCU Kawi dari TKI di Hong Kong (Rp2,6 juta), Arab Saudi (Rp52 juta), Singapura (Rp5 juta), dan Taiwan (Rp11 juta). Dibanding dengan periode yang sama tahun 2007, kiriman uang Juli-Agustus 2008 menurun sekitar 60%. Sementara total uang yang dikirim pada kurun Januari-Juli 2008 berjumlah Rp63,34 miliar.

Penurunan jumlah uang kiriman ini diperkirakan karena banyak TKI yang membawa langsung uang tunai saat mudik, baik uang milik sendiri maupun titipan dari temannya. Kemungkinan lain banyak tenaga kerja yang mengirim uang lewat anjungan tunai mandiri di bank, atau mungkin juga karena jumlah TKI memang berkurang.

Jumlah TKI asal Kabupaten Malang yang dikirim ke luar negeri cenderung menurun. Hingga Agustus 2008 ini, jumlah TKI dari Kabupaten Malang yang dikirim ke luar negeri berjumlah 1.003 orang atau menurun 29,69% dibanding tahun 2007 yang mencapai 3.378 orang, tahun 2006 sebanyak 3.291 orang, dan tahun 2005 sebanyak 3.515 orang. Kendati demikian, data kiriman uang yang lebih akurat baru dapat diketahui sehabis Lebaran nanti. (AI)


Tidak ada komentar: